Mohon tunggu...
Choiron
Choiron Mohon Tunggu... Administrasi - Hidup seperti pohon. Menyerap sari makanan dan air dari mana saja, dan pada saatnya harus berbuah.

Hanya sebuah botol kosong...

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Tahukah Anda, Apa Kejadian Berikutnya dari Konversi BBM?

16 Januari 2012   23:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:48 1296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13267634351824688716

[caption id="attachment_164237" align="aligncenter" width="620" caption="Dahlan Iskan menengok purwarupa dari peralatan konversi gas, di Bandung, Kamis (12/1/2012). (Kompas/Didit Putra Erlangga)"][/caption] Awal tahun 2012 ini media elektronik dan cetak sudah pada 'ribut' memberitakan kebijakan pemerintah yang akan membatasi konsumsi Premium yang bersubsidi untuk dialihkan ke Pertamax. Selain itu, pemerintah juga mengkampanyekan penggunaan BBG (Bahan Bakar Gas), sepeerti halnya saat konversi bahan bakar dari minyak tanah ke gas. Perlu dipahami, saat ini harga Premium bersubsidi Rp.4.500/liter, hal ini berarti terdapat selisih harga yang cukup jauh dengan Pertamax yang berkisar Rp. 8.900/liter. Nantinya hanya angkutan umum dan sepeda motor saja yang diperbolehkan mengisi Premium. Sedangkan mobil pribadi diwajibkan menggunakan Pertamax. Bila pembatasan Premium dan konversi bahan bakar ke gas dilakukan tahun 2012 ini, kira-kira apa yang akan terjadi berikutnya? Kita coba membuat daftar kemungkinan yang berkaca pada kejadian sebelumnya.

  1. Adanya disparitas harga antara Premium dan Pertamax menyebabkan banyak orang yang membeli Premium dalam jumlah besar, baik dengan sepeda motor tangki besar maupun mobil angkutan umum, yang kemudian mereka jual kembali. Akibatnya, jumlah pedagang Premium eceran menjadi meningkat.
  2. Muncul penjual Pertamax eceran yang dicampur dengan premium seperti saat minyak tanah jauh lebih murah dari bensin, banyak beredar bensin oplosan minyak tanah.  Berikutnya muncul juga kebakaran gara-gara pedangan eceran memasukkan Pertamax ke botol sambil merokok.
  3. Adanya penyelundupan Premium besar-besaran seperti yang terjadi pada kasus minyak tanah dulu. Berton-ton Premium ditemukan ditimbun dan dijual melalui kapal dan truk tangki.
  4. Pemerintah akan mengimport Pertamax besar-besaran, karena zat aditif peningkat oktan belum bisa diproduksi sendiri dan masih import dari luar negeri. Ingat kasus suap oleh perusahaan Australia terhadap pejabat Pertamina untuk membeli zat aditif peningkat kadar oktan premium (tetraethyl lead/TEL).
  5. Adanya beberapa kasus penjualan konverter BBG palsu atau rekondisi, mengingat harga konverter yang mencapai 15 juta rupiah.
  6. Yang mengerikan jika kasus ledakan tabung melon 3KG dan 12KG terjadi juga di mobil yang menggunakan gas. Akibatnya, ledakan ala film-film Hollywood akan menjadi berita utama di televisi. Semakin luas pemakaian BBG, maka akan semakin mungkin terjadi kecerobohan/kelalaian pemasangan dan pemakaian peralatan BBG. Sehingga masyarakat perlu diedukasi lebih baik lagi terkait penggunaan BBG yang aman dan nyaman.
  7. Saat semua kendaraan beralih ke Pertamax dan BBG, maka pupuk sudah mulai langka dan mahal, sehingga harga beras juga akan meningkat tajam. Saat itulah pemerintah punya alasan untuk impor beras dari negara lain. Dana komisi pembelian beras pasti akan jadi skandal, karena ada partai politik yang tidak kecipratan komisi pembelian tersebut. Kemudian KPK akan dibuat sibuk dengan skandal tersebut, anggota DPR akan membuat pansus, media massa intens memberitakannya, mahasiswa berdemo, dst... (Catatan: Gas alam adalah bahan baku utama pembuatan pupuk urea, busa dan plastik)
  8. Pom Bensin perusahaan asing mulai berkembang pesat di Indonesia, karena sejak keberadaannya di beberapa kota, tidak banyak yang masyrakat yang membeli produk mereka. Rupanya pengalihan Premium ke Pertamax juga tidak murni alasan pengalihan subsidi, namun juga terkait perdagangan bebas. Bisa saja pemerintah mendapatkan tekanan asing (IMF, negara produsen minyak? Entahlah).

Kita tunggu saja langkah pemerintah dalam program pembatasan dan pengalihan bahan bakar ini. Semoga pemerintah bisa lebih mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dari setiap kebijakan yang diambilnya dan membuat mekanisme pencegahannya.

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun