Mohon tunggu...
Choiron
Choiron Mohon Tunggu... Administrasi - Hidup seperti pohon. Menyerap sari makanan dan air dari mana saja, dan pada saatnya harus berbuah.

Hanya sebuah botol kosong...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pertanyaan Pantangan pada Penikahan Janda-Duda

13 November 2012   08:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:29 3768
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Hallo masbro dan mbakbro di manapun Anda berada, baik yang sudah menikah maupun yang akan menikah. Kali ini diriku akan membahas kesalahan komunikasi yang harus dihindari pada pernikahan antara Janda dan Duda. Terserah, apakah menikahnya antara janda-duda, janda-perjaka, atau duda-perawan. Intinya, ada beberapa pertanyaan yang harus dihindari karena akan melukai salah-satu pihak.

Pada hakikatnya ketika masbro atau mbakbro bertekad untuk menikah dan menerima seseorang senbai pasangan hidupnya, maka masbro dan mbakbro juga harus bisa menerima pasangan hidupnya yang baru tersebut apa adanya termasuk juga apapun yang terjadi di kehidupannya di masa lalu. Mengungkit-ungkit kejadian masa lalu yang pernah dialami serta membanding-bandingkan orang dari masa lalu (sang mantan) dengan pasangan masbro dan mbakbro saat ini, pasti akan menyakitkan.

Berikut beberapa pertanyaan atau pernyataan tersebut yang harus dihindari agar Anda tidak terjebak pada kesalahan menyakiti hati pasangan Anda.


  1. Membandingkan perilaku. Pantangan bagi seorang suami atau istri untuk mengatakan, "Dulu istriku/suamiku ghak pernah seperti ini," hanya karena jengkel dengan perilakunya yang tidak sesuai. kadangkala kalimat pembanding sederhana seperti, "kalau suamiku dulu (ayahku) genteg bocoro begini pasti bisa menambalnya sendiri." Seorang suami juga tidak suka dibanding-bandingkan dengan ayah si istri, jadi berhentilah untuk membandingkan walaupun itu hal yang sepele.
  2. Membandingkan harta. Menceritakan keturunan atau kekayaan sang mantan juga akan membuat paangan hidup baru Anda menjadi tidak nyaman. Misal, "iya dulu suamiku punya banyak tabungan. Dia anaknya orang kaya sih."
  3. Membandingkan kemampuan dan gaya seksual. Sangat tidak etis untuk menanyakan berkaitan dengan ukuran, daya jangkau, durasi, gaya dan hal-hal yang terkait dengan seksual dari sang mantan kepada pasangan Anda. Misal, "panjang mana punyaku dengan punya suamimu dulu?", "gaya apa yang kamu biasa lakukan dengan istrimu dulu?", atau pertanyaan lainnya yang sejenis yang sangat tidak perlu.
  4. Memberikan pujian yang salah tempat. Seorang duda menikahi janda, saat malam pertama, si duda dibuat terkagum-kagum dengan kemampuan istrinya yang pasti pernah punya pengalaman luar dalam aktivitas seksual. Berikan pujian sewajarnya, tetapi jangan sampai salah memberikan pernyataan atau pertanyaan yang membuat perasaan pasangan Anda terluka. Misal, "wow gaya blow-jobmu ruarrr biasa. Siapa dulu yang mengajarimu?" kata si suami sambil tersenyum. "Sangat kueren... ternyata dirimu menguasai goyang gerjaji ala DP. Seharusnya suamimu yang lama menyesal melepas dirimu."


Ketika Anda berhasil menikahi pasangan Anda, maka sebenarnya Anda adalah sang juara. Bawa pulang hadiahnya dan nikmati, tanpa perlu memperdulikan para the looser yang telah Anda kalahkan untuk mendapatkan piala tersebut. Jadi, berhentilah membandingkan diri Anda sebagai juara, dengan mantan suami/istri Anda yang telah Anda kalahkan untuk mendapatkan pujaan hati Anda.

Selamat menikmati kebersamaan dengan pasangan Anda ya masbro dan mbakbro. Semoga bermanfaat bagi Anda tentunya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun