Mohon tunggu...
Choiron
Choiron Mohon Tunggu... Administrasi - Hidup seperti pohon. Menyerap sari makanan dan air dari mana saja, dan pada saatnya harus berbuah.

Hanya sebuah botol kosong...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Alhamdulillah, Sudah Ada Suramadu untuk Toron

28 Agustus 2011   08:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:24 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kapal Ferry Ujung-Kamal (antaranews.com)

Toron (istilah mudik atau turun dalam bahasa Madura) merupakan ritual budaya yang biasa dilakukan oleh masyarakat Madura yang ada di perantauan. Sebenarnya waktu-waktu mudik tidak hanya dilakukan pada saat 2 hari raya besar saja seperti Idul Fitri dan Idul Adha. Perayaan Maulid Nabi juga merupakan hari besar yang digunakan sebagai momentum untuk toron. Tidak heran jika kemudian orang Madura berbondong-bondong memenuhi jalan raya dan tempat penyeberangan Jawa-Madura untuk bisa sampai di tanah kelahirannya. [caption id="" align="alignright" width="419" caption="Kapal Ferry Ujung-Kamal (antaranews.com)"][/caption] Esensi toron sendiri bisa memiliki banyak makna. Bagi saya pribadi, pulang kampung itu seperti menapak kembali ke bumi setelah  terbang menggapai impian di negeri orang. Bertemu dan bersilaturahim (+silaturahmi) juga bisa digunakan sebagai charger energi positif untuk mengisi baterai batin yang mulai kosong oleh semangat afiliasi dengan keluarga besar dan daerah asal. Oleh karena itu saya cukup prihatin kasihan dengan teman-teman di Surabaya yang tidak punya kampung halaman. Biasanya mereka bingung untuk harus pulang kampung  ke mana. [caption id="" align="aligncenter" width="620" caption="Loket Masuk Suramadu sisi Surabaya (Kompas.com)"]

Loket Masuk Suramadu sisi Surabaya (Kompas.com)
Loket Masuk Suramadu sisi Surabaya (Kompas.com)
[/caption] Alhamdulillah, Jembatan Suramadu yang menghubungkan antara pulau Jawa (Surabaya) dengan pulau Madura (Bangkalan) membuat tradisi toron bagi orang Madura menjadi lebih mudah dan indah. Betapa tidak, sebelum adanya Suramadu, menyeberangi selat Madura yang hanya berjarak kurang lebih 6KM dilakukan dengan menggunakan kapal Ferry. Selain waktu tempuh yang cukup lama (30 menit), ongkos menyebrangpun cukup besar sekitar 12 ribu jika naik sepeda motor untuk 2 orang. Namun bila menjalang hari raya, para pemudik yang  menyerbu pelabuhan penyeberangan harus antri hingga 2 jam di tengah terik panas matahari. Itu biasa saya alami sebelum Suramadu selesai dibuat dan diresmikan pada 10 Juni 2009 lalu. Sehingga total waktu untuk sampai ke rumah orang tua di Bangkalan dari rumah saya di Sidoarjo, memakan waktu hingga 4 jam dari waktu normal yang hanya 2 jam saja. Setelah adanya Suramadu, waktu tempuh dari kantor saya di Surabaya ke rumah orang tua hanya sekitar 30 menit saja. Bukan kebetulan bila rumah orang tua memang hanya berjarak 1.5 km dari Jembatan Suramadu sisi Madura. Sehingga saya bisa setiap saat dengan mudah pulang pergi Madura-Surabaya. InsyAllah lebaran ini adalah tahun ketiga saya sekeluarga toron melewati Suramadu. Informasi terakhir di Kompas.com, antrian para pemudik yang akan melewati Suramadu sudah memadati loket masuk Suramadu sisi Surabaya hingga dibuka 4 jalur loket dari 2 jalur loket yang tersedia . Mudah-mudahan nanti pada waktu setelah Sholat Ied, antrian di Suramadu sudah lebih lenggang daripada yang diberitakan pada puncak mudik saat ini. Selamat mudik lebaran bagi Anda yang masih punya kampung halaman, waktu, uang, tenaga dan kesehatan. Semoga selamat sampai tempat tujuan dan menemukan oase batin akan semangat afiliasi dalam silaturahim dan silaturahmi.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun