Mohon tunggu...
Nindya Chitra
Nindya Chitra Mohon Tunggu... Novelis - Pengarang dan Editor Paruh Waktu

Hubungi saya di Instagram atau Twitter @chitradyaries

Selanjutnya

Tutup

Hobby

"Unshattered Diamond", Ketika Narasi Apik Menghidupkan Genre Aksi

18 September 2019   12:12 Diperbarui: 18 September 2019   12:28 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel Unshattered Diamond karya Opicepaka | dokpri

Unshattered Diamond karya Opicepaka ini merupakan pengalaman pertama saya menyunting sebuah naskah. Orang bilang, segala sesuatu yang pertama selalu mendebarkan. Unshattered Diamond persis memberikan efek seperti itu. 

Di awal penyuntingan, penulis membeberkan kalau naskah yang dia kirimkan bukan utuh dari awal sampai akhir seperti yang sebelumnya dia publikasikan di Wattpad, melainkan hanya 2/3 saja. Memang, hal tersulit dari menangani naskah panjang adalah memampatkannya tanpa menghilangkan bagian-bagian penting.

Kami bekerja memangkas bagian awal naskah yang semula tidak penulis kirimkan. Akhirnya, jadilah buku harum yang kini sudah bisa dipesan di penerbitnya Dolce Media. Saya bukan seorang ahli yang pantas menilai apakah kolaborasi kami sebagai penulis-editor ini sudah memuaskan. Tapi kami berusaha memberikan yang terbaik. Semoga kalian menikmatinya sepenuh hati.

Hal yang saya sadari sebagai penulis fiksi yang kadang juga menulis sesuatu yang bukan fiksi adalah perbedaan mencolok yang mendasari terbentuknya narasi dalam sebuah teks. Otak kita bekerja dengan cara berbeda ketika menyusun tulisan fiksi dan yang bukan fiksi. Entah ini hanya terjadi pada saya, atau kamu juga merasakan?

Ketika menulis nonfiksi, saya tidak membutuhkan waktu lama untuk menyusun kata-kata atau merampungkannya jadi tulisan yang layak dibaca. Tapi ketika dihadapkan dengan naskah fiksi, saya punya lebih banyak pertimbangan untuk memilih kalimat atau mematangkan gagasan. 

Mungkin karena dalam fiksi saya tidak bisa mengatakan langsung apa yang ingin saya sampaikan. Atau memang begitu cara kerja fiksi, lebih tersirat? Maka saya benar-benar mengapresiasi penulis-penulis fiksi yang mampu membangun narasi yang padu dan enak dinikmati, termasuk novel ini.

Bukan hal mudah membuat genre aksi yang bisa mengirimkan ketegangan tanpa mengilangkan esensi utama yaitu romansa antartokohnya. Interaksi dua tokoh utama, seorang pewaris perusahaan yaitu Berlian Yasa dan bodyguard-nya, Najandra Adhyaksa dalam Unshattered Diamond, berhasil menghadirkan narasi dengan emosi yang kuat serta ketegangan aksi yang cepat dan tepat.

Sedikit mengenal tentang novel ini, inilah poin-poin hebat yang saya petik dari menyimak kisah Lian dan Andra.

Mengubur Tak Menyembuhkan Luka Batin, Hadapilah!

"Dendam itu seperti menuang racun ke mulutmu sendiri, tapi berharap musuhmu yang mati."

Novel ini diawali sebuah adegan di mana ekspektasi atau gambaran ideal seorang anak tentang ayahnya sirna karena kekerasan. Bukan anak itu yang mendapat kekerasan. Dia menyaksikan ayahnya yang semula dia anggap sempurna memperlakukan orang lain dengan buruk.

 Anak itu memendam luka sampai dewasa. Di mana dia tak mau mengakui ayahnya sebagai figur panutan, dan justru berusaha sekuat tenaga agar tak menjadi seperti ayahnya. Mirip krisis identitas. Hal ini menyadarkan bahwa keluarga berperan penting dalam membentuk unit terkecil dan terpenting dalam kepribadian seorang anak.

Hidup Itu Seperti Kepingan Teka-Teki di Mana Tiap Keping Puzzlenya Tercecer Tak Tentu Arah

Sering kali dalam fiksi kita temui alur berkelak-kelok yang baru terlihat sebab-akibatnya setelah berakhir. Hidup kita juga demikian. Saat ini kita ada di tengah dan mungkin bertanya tentang banyak hal yang belum terlihat sebab-akibatnya karena kisah kita belum berakhir.

Lian dan Andra mempertanyakan banyak hal, terutama kemungkinan yang mempertemukan kisah mereka di antara banyak benang di dunia ini yang mungkin terhubung. Takdir memang sulit ditebak jalannya.

Setiap Orang Punya Alasan. Mungkin Sekarang Kamu Menganggap Seseorang Jahat. Kamu Baru akan Mengerti Ketika Kamu Berdiri di Posisinya dan Melihat Segala Sesuatu Melalui Sudut Pandangnya  

Seringnya, kita menoleransi jika tak memungkinkan memahami keadaan seseorang. Sayangnya, pemahaman baru bisa hadir ketika kita berusaha melakukannya. Dalam interaksi ringan, yang kita lihat dari seseorang hanya kulit luarnya saja. Padahal, setiap orang mempunyai motif. 

Jika keadaan memungkinkan, atau kita sudah mengenal orang itu lebih dekat, mungkin kita bisa paham mengapa seseorang begini dan begitu. Akan tetapi, waktu tak menentukan tingkat pemahaman tentang seseorang. Ada orang yang biarpun telah kita kenal begitu lama, tetap tak sepenuhnya mampu kita pahami. Atau, setelah begitu lama kita baru sadar, ternyata selama ini salah memahami orang itu.

Andra dalam novel ini mengalami hal itu. Sebuah fakta yang terungkap meruntuhkan kacamata buruk yang selama ini ia gunakan untuk memandang seseorang. Memaafkan akan selalu lebih baik, meski terkadang sulit.

Kita Baru Akan Sepenuhnya Bahagia Ketika Telah Mampu Memaafkan

Pesan moral novel ini sangat kental dengan unsur memaafkan diri sendiri dan orang lain. Kadang kita tidak adil, berusaha memaafkan orang lain tapi sulit berdamai dengan diri sendiri. Pergulatan batin para tokoh di novel ini akan memberi kita sudut pandang baru untuk menakar mana yang lebih penting, hidup dengan memelihara luka atau melepaskan beban agar bisa berlari lebih kencang dan ringan.

Unshattered Diamond sudah bisa kamu nikmati dalam bentuk novel utuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun