Mohon tunggu...
chitania sari
chitania sari Mohon Tunggu... Freelancer - mahasiswa

suka nulis dan jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Palestina dan Lekukan Konflik yang Menyertainya

28 Mei 2021   14:38 Diperbarui: 28 Mei 2021   14:47 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi kaum millenial yang lahir pada tahun 1990-an mungkin agak lupa dengan nama Yasser Arafat. Dia adalah pemimpin perjuangan masyarakat Palestina (PLO) yang sangat terkenal pada era 90-2000-an. Yasser meninggal pada tahun 2004 setelah menyelesaikan beberapa kesepakatan dengan Israel yang berdiri pada tahun 1948.

Yasser telah menyelesaikan serangkaian perjanjian dengan Israel seperti perjanjian Camp David dan lain sebagainya. Puncaknya adalah perjanjian Oslo yang diratifikasi di Washington DC pada tahun 1993. Perjanjian itu disebut sebagai perjanjian Oslo 1. Kemudian Oslo II yang berlangsung di Taba Mesir pada tahun 1995.

Perjanjian Oslo menjadi penting karena dalam perjanjian itu PLO atau Palestina secara resmi mengakui negara Israel. Seliknya Israel juga mengizinkan Palestina untuk mendirikan pemerintahan sendiri secara terbatas di Gaza dan Tepi Barat, yang disebut juga dengan Wilayah Pendudukan. Usai perjanjian itu dua negara itu sempat hidup damai.

Jika kita membaca deskripsi beberapa media yang mengungkapkan  kehidupan masyarakat Palestina setelah perjanjian Oslo disepakati. Media menulis bahwa pada tahun 1995, Yasser sempat hadir pada perayaan malam Natal tahun 1995 di Gereja Katolik Roma Saint Catherine dekat Manger Square.  Itu kali pertama Bethlehem merayakan hari raya umat kristiani dengan leluasa, karena saat itu Bethlehem sudah menjadi wilayah otoritas Palestina. Arafat sempat mengatakan bahwa mereka harus berdoa bersama dan bekerja bersama demi kedamaian yang dijaga.

Hanya saja banyak orang tidak memperhatikan bahwa di tubuh Palestina sendiri ada dua faksi yang dominan, yaitu faksi Fatah dan faksi Hamas. Hamas adalah partai politik dengan ideologi Islam sementara Fahat adalah partai yang menganut ideologi nasionalis sekuler. Perbedaan garis politik dua faksi itu terjadi ketidaksesuaian. Yasser adalah politikus yang berfaksi Fatah -- Palestina. Faksi ini bertentangan dengan faksi Hamas yang cenderung mengabaikan perjanjian Oslo yang sudah disepakati karena pengakuan negara Israel sangat tidak disetujui oleh partai Hamas. Sayangnya, permasalahan menjadi memburuk setelah Yasser meninggal pada tahun 2004 dan faksi Hamas menguasai legislati sejak tehun 2006.

Pertikaian dengan Israel kembali berlangsung sampai sekarang. Jalur Gaza yang sangat padat penduduk dan sering menggantungkan kehidupan mereka dari bantuan internasional kian memburuk. Berkali-kali Israel menyerang wilayah itu, dengan dalih Hamas lebih dulu menyerang mereka. Itulah yang terjadi di Palestina antara Palestina dan Israel.

Dari sini kita bisa menyimpulkan bahwa apa yang terjadi antara Israel dan Palestina sama sekali tidak sederhana. PBB dan OKI sudah mengupayakan penyelesaian pertikaian itu secara terus menerus sampai sekarang. Sehingga jangan menyederhanakan persoalan ini sebagai persoalan agama dan riuh mencaci agama lain di media sosial.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun