Kita masuk pada bulan Ramadan. Suatu bulan penuh ampunan, dimana semua amalan yang kita lakukan akan dilipatgandakan oleh Allah SWT. Sebaliknya, kita harus menghindari segala amarah yang bisa memicu pertikaian, keinginan merusak (barang atau relasi dengan orang lain).
Itulah yang diajarkan saat kita kecil, sehingga paham bahwa puasa tidak sekadar hanya menahan hawa nafsu belaka. Dia harus disertai oleh kesabaran; kesabaran tidak saja menunggu saat berbuka puasa, tapi juga saat hal-hal yang menyangkut ketidaksetujuan kita terhadap sesuatu sehingga bisa saja memicu pertengkaran dengan orang lain. Atau bisa saja kita mengingini atas hak orang lain. Hal-hal seperti inilah yang bisa merusak puasa kita. Karena sama saja kita jatuh dalam dosa atau mendekatkan kita pada dosa. Itu semua akan membuat kita menjauh dari kebaikan dan mendekat pada dosa.
Saat ini kita semua, bangsa Indonesia dan nyaris semua orang di seluruh dunia menghadapi situasi yang sangat tidak menyenangkan yaitu wabah pandemic Covid-19. Wabah ini begitu luar biasa karena mengubah banyak hal dari masyarakat dunia, dari bidang ekonomi sampai pendidikan. Dari bidang kebudayaan sampai olahraga. Tahun ini masyarakat dunia tak bisa menggelar pesta olahraga yaitu Olimpiade Jepang yang seharusnya digelar Juli 2020, dan digeser setahun berikutnya.
Karena wabah ini juga, kita menghadapi kondisi ekonomi yang buruk. Orang tidak bisa lagi bekerja mencari nafkah dengan leluasa karena wabah ini. Jutaan orang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) padahal ia adalah kepala keluarga. Banyak warung tutup, pariwisata mandeg dan sektor transportasi terganggu. Semuanya membuat orang tak bisa mencari rezeki dengan baik dan nyaman.
Di sinilah diperlukan penajaman jiwa kita terhadap sekeliling kita. Mungkin kita perlu menolong orang sekitar kita di tengah kondisi sulit ini, entah itu memberikan sekadar bantuan sembako, atau pekerjaan informal kepada mereka. Atau mungkin saja memberi mereka kesempatan menjual aneka kuliner atau jasa yang mereka buat. Penajaman jiwa masa puasa seperti ini membuat kita selalu ingat akan kebesaran Allah SWT dan akan selalu berserah padaNYA.
Puasa dilakukan oleh umat Islam seluruh dunia, tanpa memandang kaya atau miskin. Punya title jendral atau kopral. Seorang professor atau hanya lulusan SD. Seorang yatim atau berorangtua panjang usia. Â Semuanya menjalani puasa dengan tulus ikhlas tanpa punya modus tertentu kenapa dia berpuasa.
Bagi orang yang menjalani puasa dengan ikhlas, akan selalu diikuti dengan penajaman jiwa. Penajaman jiwa itu biasanya berakibat baik yaitu pemahaman terhadap situasi dengan baik, kejernihan berfikir dan memberikan nurani yang jauh lebih baik. Hal-hal yang baik ini membuat seseorang lebih simpatik dan empatif terhadap orang lain. Ini akan membuat Ramadan akan penuh makna bagi masyarakat karena pasti akan memberikan suasana atau karya yang baik pula.