Mohon tunggu...
chitania sari
chitania sari Mohon Tunggu... Freelancer - mahasiswa

suka nulis dan jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Keikhlasan akan Berbuah Baik

6 Mei 2020   04:30 Diperbarui: 6 Mei 2020   06:07 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kita masuk pada bulan Ramadan. Suatu bulan penuh ampunan, dimana semua amalan yang kita lakukan akan dilipatgandakan oleh Allah SWT. Sebaliknya, kita harus menghindari segala amarah yang bisa memicu pertikaian, keinginan merusak (barang atau relasi dengan orang lain).

Itulah yang diajarkan saat kita kecil, sehingga paham bahwa puasa tidak sekadar hanya menahan hawa nafsu belaka. Dia harus disertai oleh kesabaran; kesabaran tidak saja menunggu saat berbuka puasa, tapi juga saat hal-hal yang menyangkut ketidaksetujuan kita terhadap sesuatu sehingga bisa saja memicu pertengkaran dengan orang lain. Atau bisa saja kita mengingini atas hak orang lain. Hal-hal seperti inilah yang bisa merusak puasa kita. Karena sama saja kita jatuh dalam dosa atau mendekatkan kita pada dosa. Itu semua akan membuat kita menjauh dari kebaikan dan mendekat pada dosa.

Saat ini kita semua, bangsa Indonesia dan nyaris semua orang di seluruh dunia menghadapi situasi yang sangat tidak menyenangkan yaitu wabah pandemic Covid-19. Wabah ini begitu luar biasa karena mengubah banyak hal dari masyarakat dunia, dari bidang ekonomi sampai pendidikan. Dari bidang kebudayaan sampai olahraga. Tahun ini masyarakat dunia tak bisa menggelar pesta olahraga yaitu Olimpiade Jepang yang seharusnya digelar Juli 2020, dan digeser setahun berikutnya.

Karena wabah ini juga, kita menghadapi kondisi ekonomi yang buruk. Orang tidak bisa lagi bekerja mencari nafkah dengan leluasa karena wabah ini. Jutaan orang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) padahal ia adalah kepala keluarga. Banyak warung tutup, pariwisata mandeg dan sektor transportasi terganggu. Semuanya membuat orang tak bisa mencari rezeki dengan baik dan nyaman.

Di sinilah diperlukan penajaman jiwa kita terhadap sekeliling kita. Mungkin kita perlu menolong orang sekitar kita di tengah kondisi sulit ini, entah itu memberikan sekadar bantuan sembako, atau pekerjaan informal kepada mereka. Atau mungkin saja memberi mereka kesempatan menjual aneka kuliner atau jasa yang mereka buat. Penajaman jiwa masa puasa seperti ini membuat kita selalu ingat akan kebesaran Allah SWT dan akan selalu berserah padaNYA.

Puasa dilakukan oleh umat Islam seluruh dunia, tanpa memandang kaya atau miskin. Punya title jendral atau kopral. Seorang professor atau hanya lulusan SD. Seorang yatim atau berorangtua panjang usia.  Semuanya menjalani puasa dengan tulus ikhlas tanpa punya modus tertentu kenapa dia berpuasa.

Bagi orang yang menjalani puasa dengan ikhlas, akan selalu diikuti dengan penajaman jiwa. Penajaman jiwa itu biasanya berakibat baik yaitu pemahaman terhadap situasi dengan baik, kejernihan berfikir dan memberikan nurani yang jauh lebih baik. Hal-hal yang baik ini membuat seseorang lebih simpatik dan empatif terhadap orang lain. Ini akan membuat Ramadan akan penuh makna bagi masyarakat karena pasti akan memberikan suasana atau karya yang baik pula.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun