Mohon tunggu...
Chistofel Sanu
Chistofel Sanu Mohon Tunggu... Konsultan - Indonesia Legal and Regulation Consultant On Oil and Gas Industry

Cogito Ergo Sum II Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin II https://www.kompasiana.com/chistofelssanu5218

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Vladimir Putin Memiliki Impian Besar yang Ditopang Kemampuan Terbatas

17 Maret 2022   19:39 Diperbarui: 17 Maret 2022   19:43 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu dengan Presiden Indonesia Joko Widodo di Sela KTT ASEAN-Rusia.Kedutaan Besar Rusia,IDN@RusEmbJakarta 

Sampai saat ini,tidak ada bukti bahwa proses pengambilan keputusannya terlepas dari dunia luar, atau penilaiannya keliru hingga tidak memahami keputusannya berdampak pada impiannya yang Besar.

Peristiwa dramatis di Ukraina, ditambah dengan perilaku agresif dan menantang Vladimir Putin di arena internasional selama dua dekade terakhir, memaksa para pembuat keputusan di Barat untuk bertanya-tanya tentang tujuan akhir Rusia dan mempertanyakan kemampuan Putin untuk memahami konsekuensi diplomatik dari perang ini,dinegaranya, dan diseluruh dunia.

Mereka yang mengikuti perkembangan kekuatan militer Rusia yang terus membesar terkait kebijakan NATO yang makin militant baik dalam masa pasca-Soviet atau terhadap perkembangan anggota NATO. 

Perkembangan senjata canggih, baik konvensional maupun non-konvensional, telah memungkinkan Kremlin untuk mengambil sikap agresif terhadap negara-negara bekas blok Soviet yang bandel, seperti Georgia dan Ukraina, dan bahkan mencoba mengembalikan status Rusia sebagai negara adidaya global yang mempengaruhi agenda internasional.

Dalam konteks ini, Rusia telah membangun kembali eksistensi permanen di Timur Tengah dan di perbatasan utara Israel, dan telah aktif kembali melakukan patroli udara dan laut di seluruh dunia. Selain itu, mereka aktif terlibat dalam beberapa wilayah konflik dan instabilitas internasional.

ilustrasi aja/Ukraina dan Hegemoni Putinesque: @Christofel.s
ilustrasi aja/Ukraina dan Hegemoni Putinesque: @Christofel.s

Kemerosotan hubungan antara Rusia dan Ukraina diawali dengan "Revolusi Oranye" dan keinginan Ukraina untuk bergabung ke Uni Eropa dan NATO, terlepas dari komitmen mereka sebelumnya ke Rusia. 

Invasi ke Ukraina, bagaimanapun, tidak sepenuhnya berasal dari ketegangan hubungan kedua negara, melainkan dari faktor geopolitik yang lebih luas seperti ekspansi NATO ke Eropa Timur dan penempatan sistem peringatan dan rudal di sana.

Keinginan Ukraina dan ekspansi NATO ke arah timur sangat meresahkan bagi Putin karena hal ini secara langsung mengancam keamanan nasional Rusia, yang sebagian didasarkan pada keberadaan zona penyangga negara-negara satelit yang terletak di garis patahan antara Eropa Timur dan Barat. Hal itu juga dapat menghambat upayanya untuk mengembalikan Rusia sebagai kekuatan global, bersama Amerika Serikat dan China.

Namun, kecil kemungkinannya Putin mampu mewujudkan keinginan teritorialnya dan menggabungkan kembali wilayah-wilayah di Eropa Timur yang pernah menjadi bagian dari kekaisaran Soviet dan sekarang menjadi milik NATO. Selain itu, situasi ekonomi Rusia tidak terlalu mengesankan, meskipun kekayaan alamnya dan banyak tambang mineral. 

Dalam jangka panjang, hal ini dapat menghambat jalan Rusia untuk kembali ke keunggulan global dan juga meminimalkan kemampuannya untuk mempertahankan aset imperialis di Eropa Timur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun