Mohon tunggu...
Chindera Kasih
Chindera Kasih Mohon Tunggu... karyawan swasta -

19's simply adorable

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Please, Itu Hak Pejalan Kaki

26 Maret 2014   21:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:26 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

aaa senang sekali mempunyai waktu luang untuk berbagi bersama para kompasianer di siang hari menuju sore. Terhitung mulai 24 Maret 2014, saya dan beberapa rekan kerja saya punya kebiasaan baru nih, jalan kaki kurang lebih plus minus 500 meter menuju shelter transjakarta terdekat, shelter departemen pertanian, (well, kos saya berada di kebagusan raya, pasar minggu Jakarta Selatan) membeli teket kopaja ac senilai 5000 ribu rupiah untuk sekali jalan, menuju shelter monumen nasional dengan durasi perjalanan kurang lebih 1 jam sudah termasuk macet dan antri untuk naik transportasi umumnya. berangkat lebih pagi bukan untuk menghindari macet atau semua realita tentang transportasi ibukota karena memang , tapi berangkat lebih pagi untuk menghindari rasa malas yang faktanya makin siang makin malas hehehe. alhamdulilah saya diberi kesempatan untuk mencicipi menjadi seorang karyawan ibukota yang sesungguhnya. berpindahnya lokasi kantor saya ini juga membuat saya lebih rajin, jam 6 saya sudah harus keluar kos, mengantri di loket, berdiri di kopaja hingga tujuan, berjalan dengan karyawan-karyawan lain. sangaaaat berbeda dengan keadaan saya sebelumnya, saya hanya perlu berjalan kaki untuk meraih tempat kerja saya. masuk jam 8 ? ya jam 7.45 baru berangkat. hehehe.

bicara tentang jalan kaki menuju shelter transjakarta, pejalan kaki seperti saya termasuk pejalan kaki yang tidak dihargai ya hihihi. sedih sekali rasanya ketika berjalan kaki di trotoar, tetiba dibelakang ada motor-motor yang jelas-jelas merenggut hak pejalan kaki untuk berjalan kaki dengan nyaman. malah ada motor yang nyalip dari belakang, saya juga heran kenapa suara motor tidak terdengar dan menabrak lengan saya dengan spionnya dengan sukses. ngilu ? iya.

kami pejalan kaki jelas ingin berjalan kaki dengan nyaman, tanpa harus minggir-minggir untuk mengalah pada para pengguna motor yang merebut paksa hak kami sebagai pejalan kaki. bahkan tadi pagi, ada bapak-bapak yang klakson klakson kami supaya minggir dan marah-marah karena kami tidak bergegas memberinya jalan. hihihi. sedih.

saya paham, saya sebagai pengguna jalan juga ingin cepat sampai di tujuan saya. saya paham semua orang yang berkendara serba ingin cepat sampai, siapa yang tahan dengan kemacetan ibukota kecuali mereka yang terbiasa atau terpaksa menghadapinya. tapi kenapa harus merenggut hak pejalan kaki.

bagaimana ya menyikapinya, saya pejalan kaki cuma beberapa orang versus banyak sekali motor yang lewat di trotoar, anak SD juga tau kalau fungsi trotoar adalah untuk pejalan kaki. semoga saya bukan orang yang merenggut hak pejalan kaki.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun