Mohon tunggu...
Sadzikri
Sadzikri Mohon Tunggu... Pelajar -

Pelajar SMA | Sejarah adalah pelajaran favorit saya | Menyukai politik karena politik itu seni realis terbaik | Juga seorang penggemar budaya pop Jepang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pendidikan Bernada SARA di Sekolah

21 Oktober 2017   17:22 Diperbarui: 21 Oktober 2017   17:31 1097
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi, sumber: perpuskampus.com

Awalnya, tidak ada yang salah dalam proses pembelajaran sekolah yang normal dan biasa saja. Semua berubah ketika guru mata pelajaran tersebut mulai berbicara sesuatu hal yang kurang menyenangkan, di antaranya, "Kalian harus hati-hati sama orang-orang dari ras A! mereka itu sombong dan berusaha menguasai Indonesia! lihat apa yang sedang mereka buat di Indonesia!" dan berbagai ungkapan bernada SARA lainnya terhadap suatu ras. Tanpa rasa bersalah, sang guru terus melanjutkan pembicaraannya yang cukup merendahkan golongan tertentu sebelum akhirnya kembali ke materi pembelajaran sekolah.

Saya bersekolah di sebuah SMA swasta yang namanya cukup diketahui dan dikenal oleh masyarakat. Fasilitas dan proses pembelajarannya pun bisa dibilang cukup baik untuk ukuran anak SMA. Namun, kondisi politik Indonesia pasca-2014 turut membawa sekolah ini ke dalam tendensi politik tersendiri. Karena kecenderungan konservatif dari pihak sekolah (termasuk pimpinan dan guru senior secara pribadi) secara historis, maka mayoritas pihak sekolah tersebut memilih tendensi politik yang cenderung konservatif bahkan hampir ke arah radikal. Sejak saat itu, dimulailah 'kampanye' konservatif yang kadang menyelingi materi pembelajaran sekolah dan tak jarang ada ungkapan bernada SARA yang disampaikan oleh beberapa pihak.

Pantaskah siswa digiring pada suatu tendensi politik pribadi dengan cara-cara yang menyinggung bahkan menyerang SARA? Sebagai siswa yang tentunya masih dalam proses belajar kehidupan dasar, tentu saja hal ini sangat tidak nyaman untuk didengar. Pendidikan (atau bahkan indoktrinisasi) bernada SARA semacam ini sangat mungkin dapat membentuk jiwa-jiwa yang rasis, fanatik, dan intoleran. Tujuan awal pendidikan yang seharusnya mencerdaskan kehidupan bangsa dapat saja berubah menjadi "mencerdaskan kehidupan bangsa, namun dengan tendensi politik yang sama seperti kami." dan sebagainya.

Siswa, terutama yang berusia SMA, memang sudah seharusnya mendapatkan pendidikan politik. Namun, pandangan politik yang diberikan haruslah mencakup politik dalam makna luas dan bukan dalam pandangan yang terpusat pada satu pandangan saja, apalagi dengan memaksakan pandangan tersebut dan memandang rendah pandangan-pandangan lain. Hal ini diperparah dengan masih banyaknya siswa yang mengejar kesenangan duniawi semata, cenderung hypebeast (bersikap cenderung konsumtif demi mengejar tren semata), dan cenderung pasifis dalam hal selain mengejar gengsi masa muda mereka. Sikap-sikap tersebut dapat membuat mereka menelan mentah-mentah informasi yang mereka dapatkan dan terkesan tidak peduli dengan dunia selain dunia mereka.

Namun, guru juga sama seperti siswa dalam hal manusia biasa. Guru juga memiliki kekurangan mungkin dalam hal penyampaian materi atau lainnya. Mungkin saja guru tersebut tidak bermaksud mengungkapkan sesuatu yang bernada SARA dan sebagainya, mungkin saja guru tersebut tersulut amarah karena suatu berita yang menyinggung tendensi politiknya sehingga mengeluarkan kata-kata bernada SARA. Karena itu, sebagai manusia biasa yang tentu memiliki kesalahan, ada baiknya untuk introspeksi diri dan berusaha menyampaikan suatu hal dengan lebih halus, sopan, dan tidak menyinggung SARA. Siswa juga seharusnya lebih aktif dalam pembelajaran dan berusaha meluruskan guru agar tidak bersikap yang menyinggung SARA dengan lisan maupun doa.

Pada akhirnya, semua juga manusia biasa yang memiliki kesalahan. Guru adalah manusia biasa, siswa pun juga manusia biasa. Yang harus semua pihak lakukan adalah bekerja sama dan bahu membahu dalam meningkatkan mutu pendidikan Indonesia yang bercita-cita sesuai dengan yang diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun