Mohon tunggu...
chilmi nisa
chilmi nisa Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sekolah dan Mengaji

13 November 2017   08:47 Diperbarui: 13 November 2017   09:40 1011
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: islamidia.com

"Aduh, Mbak. Liburkan saja mengajinya. Nanti habis isya juga ada ngaji lagi. Kapan kita belajarnya ? "

"habis maghrib ngaji, habis isya ngaji, besoknya ngaji lagi. Bagaimana mau belajar ini, Padahal besok saya ada ujian."
"Mbak, ngajinya pulang cepat, ya. Saya capek, tadi pulang sekolah jam 4 sore."
"Uh, banyak sekali PR di sekolah tadi. Kapan mau dikerjakan ini, nanti malam ada ngaji juga."

Keluhan di atas hanyalah sedikit dari keluhan-keluhan para remaja dan sedikit mahasiswa. Mereka kebingungan membagi waktu antara mengaji dan mengerjakan tugas-tugas sekolah. Pada saat itu keluhan itu terdengar agak keras pada para guru mengajinya. Mereka merasa frustasi dengan beban pelajaran dan tugas sekolah namun tak bisa berbuat apa-apa karena orang tua tetap memaksa mengaji.

Apalagi kalau melihat lingkungan pergaulan sehari-hari di sekolah yang mana semua teman hanya memikirkan nilai dan ujian. Pulang sekolah bisa langsung istirahat dan malamnya belajar. Tak perlu harus duduk berlama-lama mencatat dan mendengarkan materi pengajian saat badan sedang lelah dan kelopak mata menggelayut.

Kalau masalah seperti di atas tidak dijembatani, bisa jadi, kegiatan menuntut ilmu agama itu dijadikan musuh, momok, atau lebih bombastis : bencana. Bahkan dengan alasan-alasan yang belum teruji, mengaji dijadikan kambing hitam yang menghalangi prestasi belajar di sekolah atau kampus. Benarkah?

Kecenderungannya, banyak mengaji itu merupakan sebuah keuntungan tersendiri. Sebuah keistimewaan yang tidak dimiliki oleh pelajar-pelajar yang lain. Pertama, pasti akan menambah ilmu dan kefahaman seseorang. Seharusnya seorang pelajar merasa bangga karena selain mencari ilmu duniawi juga diberikan keutamaan bisa menuntut ilmu agama. Suatu kesempatan yang tidak dimiliki banyak orang. Bahkan, bisa dijadikan andalan untuk 'memaksa' Alloh membantu keberhasilan sekolah. Bagaimana caranya ?

Pertama, ingat dan ingatlah selalu sebuah dalil firman Allah Surat Muhammad Ayat 7 yang artinya : Wahai orang - orang yang beriman, Jika kalian menolong Alloh, maka Alloh akan menolong pada kalian, dan Allah akan menetapkan pada beberapa telapak kaki kalian (menetapkan iman) "

Menolong Alloh di atas berarti menolong kelancaran agama Alloh, termasuk melestarikan ilmu agama yang diwahyukanNya . Maksudnya sudah jelas, kalau kita menolong agama Alloh dengan cara melancarkannya, maka Alloh juga akan menolong perkara kita. Itu janji Alloh kepada siapapun tanpa terkecuali. Nah, apakah mengaji itu termasuk dalam kategori menolong agama Alloh ? Sudah jelas, karena mengaji itu adalah cara melestarikan ilmu agama.

Karena itu, jadikanlah dalil diatas sebagai 'senjata' untuk kita. Caranya ? Waktunya ngaji ya ngaji, jalani dengan ikhlas dan semangat. Waktunya belajar ya belajar. Plus, setiap kali berdoa, selipkan pula tagihan kita pada Alloh : " Ya Alloh, saya mempersungguh mengaji dan beribadah meskipun dalam keadaan lelah. Karena itu, tolong bantulah saya dalam belajar."

Kalau niat kita sudah benar, doa kita sudah sungguh-sungguh, usaha juga sudah maksimal, TIDAK ADA ALASAN bagi Alloh untuk tidak membantu kita. Ingatlah rumus kesuksesan :
A + B + C + D :
A : Alat-Ilmu, B : Berusaha, C : Cita-cita, D : Do'a

Memposisikan kegiatan mengaji sebagai penghambat sebenarnya tidak memadai dijadikan alasan. Jika mendatangi forum pengajian dengan perasaan marah, tidak ridho, maka tidak ada yang akan kita peroleh. Nothing. Sudah jelas capeknya, ngantuk, makan waktu, tetapi ilmu yang mestinya didapat malah hilang ditendang setan yang mengusik kalbu. Selain itu tugas sekolah sudah jelas tidak selesai. Yang ada tinggal hati dongkol membara dikipasi iblis. Sia-sia, kan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun