Kutitip suratku ini lewat deru angin untuk kekasihku di kota tua itu.
Sayangku,
Inilah aku yang sedang melitanikan cinta dalam sajak yang abadi karna cinta dalam kata adalah abadi.
Sebab,
Mencintaimu seperti isyarat yang sulit ditebak oleh sang surya tentang kapan tibanya mendung.
Sungguh,
Kau adalah amin dari setiap doa yang kurapalkan saat fajar merekah di kapela tua itu.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!