Maha suci Allah dari bibir-bibir yang merendahkanNya. Maha agung Allah yang melimpahkan cinta kepada para pengabdiNya yang berlandaskan ilmu, amal dan ikhlas.
Semut hitam merayap, merangkak mencari secercah cahaya yang mengusir gelap. Surya yang tak pilih kasih pun tiba. Menyinari siapa saja yang menemukannya. Semut hitam tersenyum, terimakasih surya.
"Mau kemana kau siang-siang begini?"
"Mencari hiburan."
"Tak terhiburkah dirimu dengan pengabdian kepada Tuhan?"
"Adakah pengabdian bisa menjadikan kita terhibur? Bukankah ketika kita menjadi abdi maka kita harus selalu tunduk pada perintah tuan kita. Kita tak bisa bebas bergerak. Tak bisa mengekspresikan diri secara total karena ada batas-batas yang tak boleh dilanggar. Adakah burung yang terkurung merasa bahagia? hanya bisa meloncat-loncat dalam sangkar padahal ingin terbang jauh ke awang-awang."
"Betul sekali. pengabdian adalah sesuatu yang menyakitkan, berat dan seringkali menyebabkan kita ingin teriak berontak. Apalagi pengabdian kepada Tuhan. Nafsu kita ingin anu, ini, itu, dan Tuhan malah melarangnya. Nafsu kita malas ini, anu, itu dan Tuhan malah mewajibkannya."
"Begitulah, ternyata kau pun mengerti. Maka, sekarang pun aku ingin jalan-jalan untuk sekedar cari hiburan dan melepaskan diri dari beban pengabdian pada Tuhan."
"Kawan, pengabdian akan selalu terasa berat jika kita belum melaksanakannya penuh ketulusan. Lagi pula, pengabdian tanpa ketulusan hanya akan berupah celaan Tuhan."
"Ketulusan?"
"Ya. Setelah kau tahu cara mengabdi kepadaNya, kau pun beramal mengabdi kepadaNya. Nah, amal pengabdian ini haruslah didasari ketulusan."