Agama: A= tidak, gama= kacau.
Masih saja kacau? Gampang. Tindakannya bukanlah tindakan agama.
Kita, masyarakat pancasila, megaku ber- Tuhan yang Maha Esa. Baiklah, kita bersaudara. Tak lagi dapat ditawar. Kan kita diciptakan oleh Allah yang Esa.
Tapi mengapa agama tidak satu? Ini hanya berkaitan dengan sudut pandang dan latar belakang peradaban yang berbeda, bagaikan 6 orang buta yang mereka seekor gajah dengan gambaran yang berbeda.
- Gajah itu lebar dan tipis (telinga)
- Gajah itu serupa batang pohon (kaki)
- Gajah itu panjang seperti ular (belalai)
- Gajah itu keras dan berujung tajam (gading)
- Gajah itu seperti tambang (ekor)
- Gajah itu luas dan empuk (punggung)
Semuanya benar dan utuh; akan menjadi sempurna bila dipadukan.Â
Guru Sosiologiku pernah bilang kalau setiap agama itu memiliki satu titik temu (interseksi) yaitu nilai kebaikan. Aku setuju. Pernahkah menemukan ajaran agama yang satu persis seperti ajaran agama yang satu lagi? Bila kau tanyakan padaku aku menjawab, "Sangat sering".
Tingkat kedewasaan dalam iman beragama adalah sikap toleransi dan hidup rukun -setiap agama mengajarkan itu. Kekacauan yang sering terjadi disebabkan oleh stereotip dan prasangka yang gegabah dan tak berguna; kebodohan. Alih- alih menegakkan ajaran agamanya, eh malah menyimpang. Kan sotoy. Barangkali Tuhan tertawa di kala ada ribut- ribut pada umatNya.Â
Mari kita saling memberi teladan dan saling menjadi berkat. Salam damai!