Mohon tunggu...
Chazali H Situmorang
Chazali H Situmorang Mohon Tunggu... Apoteker - Mantan Ketua DJSN 2011-2015.

Mantan Ketua DJSN 2011-2015. Dosen Kebijakan Publik FISIP UNAS; Direktur Social Security Development Institute, Ketua Dewan Pakar Lembaga Anti Fraud Asuransi Indonesia (LAFAI).

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

BBM Naik, Masyarakat Demo

6 September 2022   07:48 Diperbarui: 6 September 2022   07:53 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Hari ini (Senin, 5-9-22)  sejak diumumkannya kenaikan BBM Pertalite, Solar dan Pertamax Sabtu lalu, 3 September 2022, pukul 14.30, di mana-mana terjadi aksi demo. Demo kali ini terbilang masif dan merata di sebagian besar kota, dan berbagai ragam lapisan masyarakat. Ada buruh, mahasiswa dari berbagai organisasi mahasiswa seperti HMI dan PMII, LSM, dan kelompok masyarakat lainnya.

Kenaikan BBM lumayan signifikan. Harga Pertalite yang semula Rp 7.650 kini naik menjadi Rp 10.000 per liter, solar dari Rp 5.150 per liter naik menjadi Rp 6.800, dan Pertamax naik dari Rp 12.500 menjadi Rp 14.500 per liter.

Agar masyarakat rentan, dan pekerja yang upah/gaji nya di bawah Rp. 3,5 juta, mendapatkan bantalan sosial Rp. 600 ribu untuk 4 bulan, dengan total anggaran Rp. 24,17 triliun. Ada sekitar 20,66  juta masyarakat miskin, dan 16 juta pekerja rentan mendapatkan bantalan sosial. Jadi total ada 30,17 juta penerima manfaat (KPM). Apakah mereka itu tepat sasaran, DTKS nya akurat, nanti audit BPK akan menjawab. Perlu diketahui bahwa pada audit BPK tahun lalu, dilaporkan ada sejumlah Rp. 6,93 triliun  bansos yang  salah sasaran meliputi bantuan program PKH, sembako, Bantuan Pangan Non Tunai dan BLT Tunai.

Apakah janji bantalan sosial itu  menenangkan?. Ternyata demo meledak di mana-mana. Aparat Kepolisian kewalahan. Apalagi pamor polisi sekarang ini sedang menurun karena kaisar Sambo. Mudah-mudahan polisi bisa presisi dalam menghadapi para demonstran.

Kekhawatiran kita, jika demo sekarang ini ibarat bola salju yang terus membesar, jika pemerintah tidak melakukan langkah politik dengan mencabut kenaikan BBM (apa mungkin?). Apalagi alasan yang diberikan pemerintah berbeda dengan kenyataan dilapangan yang mereka dapatkan.

Alasan harga ICP (Indonesian Crude Price) dunia menaik, ternyata sekarang ini cenderung menurun. Kemudian Menkeu berkelit, ya benar turun harga ICP dunia tetapi tidak cukup menambal subsidi yang membesar. Alasan lain  70% subsidi Pertalite, dan solar dinikmati oleh orang kaya, kenapa mereka yang beli BBM disalahkan?

Kesalahan itu ada pada pemerintah karena tidak dapat mengendalikan agar solar dan Pertalite hanya dibeli oleh mereka yang masuk golongan miskin. Pemerintah membiarkannya. Belakangan setelah subsidi BBM membengkak baru teriak-teriak. 

Jelas tidak fair. Pemerintah itu yang punya aparat untuk menegakkan hukum, untuk mengawasi, dan mengontrol distribusi BBM. Apakah pembiaran oleh  pemerintah, wajar disalahkan masyarakat yang butuh BBM?

Bantalan  sosial itu  jika benar pada sasarannya, hanya agar mereka yang miskin itu sekedar tidak nyungsep ke lumpur kemiskinan, selama 4 bulan. Setelah empat bulan  jika bantalan sosial dihentikan ya nyungsep lagi.

Sebagai perhitungan sederhana saja. Dengan kenaikan BBM, diproyeksikan potensi dana subsidi dapat dihemat Rp. 150 triliun. dikeluarkan untuk bantalan sosial Rp. 24 triliun. berarti ada penghematan beban subsidi Rp. 126 triliun. tapi implikasinya diperhitungkan juga lebih dari Rp. 126 triliun. baik yang tangible maupun intangible. 

Social cost yang timbul berapa jika dirupiahkan, seperti demo-demo yang tentunya memerlukan mobilisasi aparat, masyarakat, kerusakan sarana dan prasarana, apa lagi jika ada yang korban manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun