Mohon tunggu...
Chazali H Situmorang
Chazali H Situmorang Mohon Tunggu... Apoteker - Mantan Ketua DJSN 2011-2015.

Mantan Ketua DJSN 2011-2015. Dosen Kebijakan Publik FISIP UNAS; Direktur Social Security Development Institute, Ketua Dewan Pakar Lembaga Anti Fraud Asuransi Indonesia (LAFAI).

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Takdir Wiranto di Ujung Pengabdian

16 Oktober 2019   00:34 Diperbarui: 16 Oktober 2019   10:07 1043
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menko Polhukam Wiranto memberikan keterangan pers seusai rapat koordinasi khusus (Rakorsus) tingkat menteri di Kemenko Polhukam, Jakarta, Rabu (24/4/2019). Rakorsus tersebut membahas hal-hal penting terkait pascapemilu 2019. ANTARA FOTO/Renald Ghifari

Sore itu, sewaktu saya menyetir mobil menuju ke suatu tempat di Depok, membuka radio El-Shinta, yang menyiarkan bahwa terkait penusukan Wiranto, dari hasil survey URL ( Medsos), diketemukan bahwa 40% menyatakan prihatin atas penusukan tersebut, 30% berkomentar nyinyir, penuh kebencian, dan 30% bersikap netral.

Saya termenung dan bercampur kaget, walaupun saya harus berbagi konsentrasi dengan menyetir mobil, karena ada 30% ujaran yang bernada nyinyir, dan tentu dengan nuansa negatif terhadap Wiranto. Angka ini sangat tinggi, terutama untuk pejabat negara, seorang Menteri senior, Jenderal purnawirawan, mantan Panglima ABRI, dan pernah menjadi ajudan Presiden Soeharto.

Sepengetahuan saya, baru kali ini seorang Menteri di tusuk pisau oleh orang tidak dikenal. Tentunya berjarak dekat, yang mengindikasikan bahwa pengawalan terhadap Wiranto longgar.

Longgarnya pengawalan tersebut, karena Wiranto menyesuaikan dengan gaya Presiden Jokowi yang suka blusukan, juga dengan pengawalan sangat longgar, apalagi bagi ukuran seorang Presiden.

Saya dapat membayangkan betapa stress para Paspampres menghadapi masyarakat yang berjubel untuk ingin bersalaman dengan Presiden, bahkan berebutan untuk mendapatkan sesuatu apakah berupa kaos, topi yang dilemparkan Presiden kepada mereka yang mengerumuninya.

Dengan kejadian tersebut, Presiden Jokowi sudah mengeluarkan instruksi kepada aparat keamanan memperketat keamanan pejabat negara sesuai dengan SOP yang sudah baku. Artinya Presiden Jokowi juga sudah berpikir dua kali kalau melakukan blusukan dengan pengawalan yang longgar. Akibatnya, upaya Presiden untuk lebih dekat dengan rakyatnya, sudah makin sulit dan tidak memungkinkan, jika tidak terjaminnya tingkat security lapangan.

Siapapun orangnya, apakah spontan perorangan karena kebencian kepada Wiranto, atau komplotan dan konspirasi tertentu, yang pasti mereka itu sudah berhasil, menimbulkan terguncangnya suasana psikologis masyarakat.

Bahkan para intelektual, pengamat di media mainstream mengulas kejadian penusukan Wiranto dengan berbagai opini, sebagai respon sintesa polisi atas kejadian penusukan Wiranto hari Kamis, tanggal 10 Oktober 2019 di Pandeglang Banten.

Kita memperhatikan di layar televisi, dialog dengan beberapa orang yang diundang TV untuk memberikan pendapatnya tentang kejadian tersebut, dikaitkan dengan informasi dari polisi bahwa penusuk bernama SA, adalah pengikut paham radikalisme dan anggota JAD Bekasi.

Mereka yang dimintakan pendapatnya dalam dialog tersebut, seolah-olah sudah memastikan bahwa kejadian itu semua pekerjaan kelompok JAD dan mempunyai hubungan dengan ISIS.

Susah kita membedakannya apakah yang mereka omongkan suatu fakta atau opini. Intinya berkomentar, soal benar atau salah menjadi tidak penting.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun