Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Lainnya - Pendamping Belajar

Seorang pekerja migran yang beralih profesi menjadi pendamping belajar

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ada Apa di Causeway Bay?

9 September 2012   13:18 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:42 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_211268" align="aligncenter" width="560" caption="Sculpture unik di depan Perpustakaan Central Causeway Bay (dok. Aulia)Perpustakaan Umum Causeway Bay, Hong Kong (dok. Aulia)"]Suatu sudut di Causeway Bay, Hong Kong (dok. Aulia)

Ring..riing..riiing.. Alarm pagi membangunkanku lagi. Pagi yang keseribu sekian di negeri orang. Dari balik kisi-kisi ventilasi, kulihat sang surya tersenyum dengan gagahnya. Kutarik lagi selimut tebal yang melindungi kulitku dari semburan hawa pendingin ruangan.

Dari ketinggian lantai 7 di apartemen milik seseorang yang kusebut sebagai 'juragan', aku bisa melihat semburat warna merah terang membujur dari utara ke selatan. Pertanda fajar telah terbit.

Perlahan tapi pasti, si kecil mulai beringsut dari tempat tidurnya yang kusut. "Selamat pagii.." Didaratkannya sebuah kecupan di pelipis kiriku. Hmm..bahasa Indonesianya mulai membaik. Aku suka itu. Kemarin ketika kuajak dia berbelanja ke Park 'n Shop, seseorang sempat terpekik.

"Woww, 'anak' loe bisa ngomong Indonesia."

"Sedikit.. Itu juga masih cadel-cadel. Ketika dia harus ketemu sama huruf 'R', lidahnya ditekuk ke atas, seperti dia menyebut 'L'. Risol jadi lisol, rindu jadi lindu.."

Adalah sebuah rutinitas di Minggu pagi sebelum kukepakkan sayap kecilku keluar rumah. 'Menyeret' tangan-tangan mungil 'anakku' ke kamar mandi. Menyingkirkan kuman-kuman yang menempel di giginya yang rapi. Kalau dia merajuk, aku kan bernyanyi. Dari 'Little Peter Rabbit' sampai lagu 'impor' yang kuculik dari sebuah film anak Indonesia. "Ambilkan Bulan, Bu."

Pukul 10 lebih 25 menit di tikungan menuju Kimberly Road. Dengan mata menyipit kususuri jalanan yang panas tersiram terik matahari. Tiba-tiba mataku terantuk pada puluhan umbul-umbul yang berkibar, beraneka warna dan ukuran. Owh rupanya hari ini adalah hari pemilihan anggota legislatif. Pantas saja beberapa hari belakangan, sering kujumpai praktek kampanye. Dimana-mana ada. Pasar, pinggir jalan, jembatan penyeberangan, depan minimarket. Di mana sajalah.

1347185594820715249
1347185594820715249
Umbul-umbul simbol partai dan caleg di Kimberly Road, Tsam Tsa Tsui (dok. Aulia)

Pernah kutemui keanehan. Satu dua kali, aku mendengar nyaring pengeras suara. Tertangkap di telingaku seseorang tengah berorasi, dengan bahasa kanton yang sulit kucerna artinya. Pastilah mengkampanyekan misi dan visi partainya. Kucari-cari sumber suara itu. Tak ada masa berkerumun, tak ada podium. Dari mana gerangan asal muasal suara gaduh itu? Ternyata itu berasal dari alat perekam. Alat itu digeletakkan begitu saja dibawah tiang lampu lalu lintas. Ealah...

Lima belas menit kemudian, aku telah berada di stasiun MTR Jordan. Eskalator panjang memindahkanku dari lantai atas ke platform. Dari sana aku melihat pintu-pintu MTR terbuka. Dalam waktu yang tak lebih dari dua menit, ratusan tubuh telah dimuntahkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun