Mohon tunggu...
Yetty Karmila Karmila
Yetty Karmila Karmila Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Universitas Indraprasta PGRI

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dampak Negatif UN

18 April 2013   19:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:59 6929
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dampak Negatif UN

Ujian Nasional (UN) selalu menjadi momok yang menakutkan dan menyeramkan terhadap kalangan pelajar, sehingga mereka stres dan histeris. Tidak hanya siswa saja yang mengalami stres, namun para orangtua, guru, dan kepala sekolah pun ikut stres memikirkan siswanya. Mengapa ? karena, jika siswa tidak lulus UN maka mereka tidak dapat melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Bagi siswa yang tidak lulus ujian harus mengulang sekolah melalui sistem Paket C. Bagi guru bidang studi yang mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris dan IPA, tentunya mereka akan bekerja keras untuk membantu anak didiknya agar lulus Ujian Nasional. Namun, jika anak didiknya gagal dalam mata pelajaran UN maka reputasi seorang guru jatuh dihadapan orangtua dan kepala Sekolah. Demikian pula sikap Kepsek yang menuntut para guru untuk meluluskan anak didiknya. Dengan berbagai cara dilakukan mulai dari penambahan jam belajar, bimbingan psikologis kepada siswa, hingga kecurangan pun dilakukan demi menggoalkan siswanya. Agar para siswa lulus mereka harus mencari cara atau strategi jitu dalam menghadapi UN.

Ada banyak cara yang dilakukan untuk tembus UN, diantaranya melalui Try Out, bimbel, les, gelar doa bersama, berpuasa, dan sebagainya. Bahkan hal-hal unik dan aneh pun dilakukan oleh orangtua dan anaknya, mulai dari sungkeman ke ibu, membasuhkaki orangtua terutama ibu. Hal ini marak dilakukan ketika menjelang UN, terutama di daerah dengan harapan mendapat restu dari orangtua, agar diberi kemudahan dan kelancaran dalam menghadapi UN. Namun ada hal yang sangat menggelitik hati, belum lamaini terjadi di daerah Jatim, ada siswa yang membawa pensil ke dukun, karena takut UN. Bayangkan, hanya untuk lulus UN sampai-sampai hal yang tidak rasional pun dilakukan. Sungguh sangat dahsyat UN ini ! Belum lagi kecurangan-kecurangan yang terjadi di pihak sekolah, mulai dari pembocoran soal, memberi kunci jawaban, sampai memanipulasi nilai raport. Ironisnya, hal ini sudah menjadi rahasia umum dikalangan para guru dan kepala sekolah.

Klimaks dampak buruk UN adalah detik-detik hasil kelulusan yang mengakibatkan hal yang sangat fatal yaitu kematian. Banyak siswa yang stres karena merasa malu, tertekan, putus harapan, hingga nekat gantung diri. Naudzubillah ! Hal ini tentu sangat miris bagi kita semua, terutama bagi para praktisi dan pemerhati pendidikan. Hanya karena ingin lulus ujian, nyawa seorang siswa harus melayang.

Baiklah mari kita lihat lebih jauh, berdasarkan pakta yang berkembang di lapangan. Ternyata ujian nasional memberikan dampak negatif yang sangat buruk ketimbang manfaatnya. Alih-alih pemerintah menyelenggarakn UN dengan alasan; untuk memajukan pendidikan, agar pendidikan kita bertambah kualias, UN memudahkan pemerintah untuk mengetahui kondisi pendidikan di seluruh Tanah Air, pemerintah dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan ditiap daerah, meningkatkan standar pendidikan di Tanah Air, mengetahui peta pendidikan di Indonesia, untuk menghasilkan keadilan dan kejujuran kepada siswa dan siswi yang mengikutinya. Namun demikian, cita-cita dan tujuan pemerintah yang murni itu menimbulkan banyak kontroversi dikalangan masyarakat.

Sejatinya, ujian nasional dapat memberikan energi positif khususnya bagi para siswa agar mereka saling berkompetisi belajar dengan cara yang sehat. Bukan menambah stres, khawatir tidak lulus, atau bahkan menjadikan siswa sebagai pecundang. Semestinya pelaksanaan UN tahun 2013 ini harus dikaji ulang lebih mendalam, apakah ujian nasional diselenggarakan lagi dengan sistem yang lebih baik atau di hapus sama sekali. Pada hakekatnya pun ujian nasional bukan satu-satunya alat penentu kelulusan siswa, namun guru yang mengajar di kelas sangat lebih tahu siswa yang layak lulus atau tidak.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun