Mohon tunggu...
Sirilus
Sirilus Mohon Tunggu... Guru - pencinta budaya terutama budaya Manggarai dan filsafat. Juga ingin studi antropologi.

Saya ingin mengajak kaum muda untuk melestarikan budaya kita. Ini adalah harta kekayaan kita yang berharga. Saya juga peduli dengan peristiwa yang terjadi di masyarakat. Untuk itu subscribe chanel youtube saya :motivasi hidup . Chanel ini berisi musikalisasi puisi dan video mengenai budaya dan daerah wisata.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

"Toing -Titong" Anak Muda Manggarai yang Ingin Menikah

4 November 2020   12:16 Diperbarui: 6 November 2020   20:17 748
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pernikahan. (sumber: pixabay)

Toing- titong adalah istilah dalam budaya Manggarai untuk menasihati. Entah nasihati ini datang dari orang tua sendiri ataupun dari orang lain. Toing titong ini lebih mendalam disampaikan oleh orang yang lebih tua. 

Orang tua biasanya menasihati (toing-titong) anaknya, misalnya agar jangan menikah terlalu dini dan hati hati dalam bergaul serta jangan mempermaikan perempuan.

Toing-titong ini bermakna agar saat menikah juga kita memahami arti sebuah pernikahan. Pernikahan yang mempersatukan dua lawan jenis menjadi satu. Berarti hidup bukan lagi dua melainkan satu.

Dalam kehidupan berumah tangga, hidup sebagai suami dan istri berarti sudah menjadi satu. Mereka sudah disatukan dalam ikatan perkawinan. Mereka dituntut untuk saling mencintai, memahami, memberi dan melayani. 

Tidak lagi ada kata kamu bukan pilihanku dan kamu itu tidak cocok dengan saya, mengapa? Karena yang memilih dia untuk menjadi pasanganmu bukan orang lain, melainkan kamu sendiri. 

Untuk itu suami-istri sudah memiliki satu tujuan hidup yaitu membangun rumah tangga mereka. Dengan harapan agar keluarga dapat harmonis. Oleh karena itu mereka mulai memikirkan kehadiran anak, membangun bisnis atau bekerja untuk dapat bertahan hidup.

Persoalannya adalah banyak orang yang telah menikah dan setelah itu bercerai. Tidak lagi memakani bahwa mereka sudah satu. Yang menjadi persoalannya adalah apakah penyebab perceraian? 

Penyebab perceraiaan bisa jadi dengan banyak alasan ada karena masalah ekonomi, tidak cocok karakter, perselingkuhan dan lain sebagainya. Hal ini muncul karena tidak satu dalam menjalankan kehidupan bermah tangga. Namun kali ini saya ingin lebih membahas mengenai suami siteri adalah satu bukan perceraian.

Toing-titong dari orang tua menjadi fondasi dalam hidup berumah tangga dari pasangan suami isteri. Toe senget toing-titong weki ru ata baen ( tidak mendengar nasihat sendiri yang tahu) maksudnya bahwa sendiri yang akan tahu akibatnya nanti.

Untuk dapat mendalami bahwa setelah menikah kita bukan lagi dua melainkan satu maka masa pacaran itu penting. Untuk dapat saling mengenal karakter masing-masing. 

Tujuannya agar dapat saling memahami karakter masing-masing sehingga pada saat sudah menjadi suami isteri sudah saling mengenal. Kalau dia seperti ini maka saya harus seperti ini. Kalau dia marah saya harus menghindar karena karakternya dia seperti ini. Saling memahami dapat membuat keluarga menjadi utuh. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun