Mohon tunggu...
Sirilus
Sirilus Mohon Tunggu... Guru - pencinta budaya terutama budaya Manggarai dan filsafat. Juga ingin studi antropologi.

Saya ingin mengajak kaum muda untuk melestarikan budaya kita. Ini adalah harta kekayaan kita yang berharga. Saya juga peduli dengan peristiwa yang terjadi di masyarakat. Untuk itu subscribe chanel youtube saya :motivasi hidup . Chanel ini berisi musikalisasi puisi dan video mengenai budaya dan daerah wisata.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Nasib Mahasiswa Lulusan 2020

5 Juni 2020   00:29 Diperbarui: 5 Juni 2020   19:13 534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (Sumber: Getty Images via usnews.com)

Ada begitu banyak mahasiswa yang lulusan tahun 2020. Di akhir perjuangan mereka selama beberapa tahun tidak berujung kebahagian dan kelegaan. Wisuda tidak sesuai dengan jadwal yang ditentukan bahkan mungkin ditiadakan.

Wisuda online tidak membawa kebanggaan bagi mahasiswa. Tidak bisa merayakan bersama teman-teman dan tidak dapat memberi motivasi bagi adik-adik tingkat tentang indahnya wisuda dengan kehadiran orang-orang tercinta. 

Foto bareng orangtua, kakak-kakak dan sebagainya mesti dipendamkan dalam hati. Karena hal itu sulit dilaksanakan tahun ini. Tidak dapat merayakan wisuda itu seperti bukan pencapaian, tidak dapat melihat orang berbondong-bondong datang dan mengucapkan, "selamat, semoga kami nyusul."

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Di satu sisi sulit bagi mahasiswa lulusan tahun 2020 untuk mencari pekerjaan. Keinginan untuk membalas jasa dan membantu orangtua mungkin sulit terwujud. Keinginan untuk membiayai adik-adik yang masih sekolah mesti ditanamkan dalam-dalam, karena tidak dapat kerja. Memang nasib malang terjadi pada tahun ini. 

Keinginan untuk menerima pundi-pundi uang di awal bulan (uang gaji) pupus. Keinginan untuk merasakan uang hasil keringat sendiri hanya sebagai mimpi.

Mahasiswa lulusan tahun 2020 kembali menjadi beban bagi orangtua. Uang belanja yang masih mengharapkan pada orangtua. Yang menjadi persoalan apabila orangtua berutang untuk membiayai kuliahnya, dan harapan setelah lulus dapat membayar sendiri utang-utang itu. 

Keadaan ini dapat membuat adik-adik tidak dapat melanjutkan pendidikan lagi ke jenjang selanjutnya. Utang saat kuliahnya belum lunas, untuk pinjam lagi uang untuk bayar bunga dari utang lama saja tidak cukup.

Keadaan ini membuat mahasiswa tamatan tahun 2020 stres dan tidak dapat berbuat apa-apa, selain menunduk memendam mimpi. Bukan karena malas, atau IPK rendah tapi karena situasi pandemik korona yang tidak kunjung berlalu. 

Tinggal di rumah bersama orang tua menambah beban tersendiri bagi mahasiswa tamatan tahun 2020. Melihat adik-adik stres karena tidak ada uang untuk membiayai mereka lanjut sekolah dan melihat orang tua yang terus berpikir karena melihat ekspresi adik-adik. Kebahagiaan tidak terlihat dalam keluarga. Lulusan yang sebenarnya membawa kebahagian tidak terjadi. Justru tetap menjadi beban.

Belum lagi orang tua memikirkan uang makan keluarga. Orang tua yang kehilangan penghasilan dan saya sebagai mahasiswa lulusan tahun 2020 yang tidak berguna, membuat keluarga hidup dalam kemiskinan. 

Bisa jadi berapa bulan lagi berada dalam kelaparan. Dari kelaparan berujung pada kematian. Kematian jadi sia-sialah perjuangan saya selama sekolah. 

Apalagi perjuangan selama menjadi seorang mahasiswa, harus hidup dan tinggal di kos, menghemat uang belanja bahkan makan hanya satu kali sehari. Seluruh perjuangan itu akan tidak ada gunanya. Ijasah s1 dengan gelar dan IPK tinggi percuma saja, karena tidak berlaku di tengah pandemik ini.

Di pagi hari yang dilakukan hanya menunduk berjemur di bawah matahari. Adik-adik dan orang tua tidak menunjukkan ekspresi cerah di pagi hari dalam menyambut mentari. Rasa lapar aku sebagai lulusan sarjana hilang serentak dalam hati hanya mengungkapkan, betapa malang nasib sebagai lulusan 2020.

Suara untuk pemerintah

Pemerintah mesti memperhatikan keadaan ini. Keluarga yang membiayai anak mereka sampai lulusan sarjana dapat saja penuh dengan utang. Yang menimbulkan anak selanjuntya dalam keluarga itu tidak dapat sekolah. 

Hal ini mesti menjadi perhatian pemerintah. Bentuk perhatian pemerintah misalnya dengan mengurangi beban uang sekolah atau uang kuliah. Hal ini bisa membawa anak-anak Indonesia tetap melanjutkan sekolah mereka. Untuk mendapatkan uang makan saja di tengah situasi sekarang sulit apalagi mencari uang untuk biaya pendidikan. 

Pemerintah mesti mempertimbangkan ini. Dengan jadikan siswa-siswa/mahasiswa sebagai masyarakat yang terlantar di tengah pandemik sama seperti keluarga yang kelaparan. 

Pemerintah mampu memberi bantuan kepada keluarga-keluarga, kepada anak-anak sekolah juga mesti dilakukan dengan cara yang sama. Ingat bahwa anak-anak Indonesia berada dalam situasi kelaparan ilmu. Mereka membutuhkan ilmu pengetahuan. Serta sebagai generasi emas Indonesia di masa mendatang.

Pengangguran lulusan tahun 2020 juga mesti perhatian pemerintah. Dengan menghitung mereka juga sebagai pihak yang dirugikan dengan tetap memberikan bantuan kepada mereka. 

Karena ingat bahwa mungkin orang tua dalam mebiayai pendidikannya dengna cara berutang dan saat sekarang mengharapkan dia untuk melunaskan utang tersebut. Tapi tidak bisa. Maka pemerintah harus mengambil kebijakan terkait masalah-masalah ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun