Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Belajar Siaga dari Sepotong Kisah Anis

21 Maret 2017   18:21 Diperbarui: 21 Maret 2017   18:32 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dari laruno.com

Suatu sore di awal tahun. Masa liburan masih hangat, bertalian dengan hari keagamaan. Bisa dibayangkan bagaimana suasana pedesaan yang dihuni oleh para pemeluk teguh. Meski tidak sedarah, bertetangga sudah menjadi seperti bersaudara. Antarrumah bisa saling tahu apa yang telah, sedang dan akan dilakukan para penghuninya. Jadi tak sulit mengikuti perkembangan situasi di kanan-kiri kediaman.

Entah bagaimana persisnya itu bermula, namun yang sampai ke telingaku adalah suara panjang seperti histeria. Suara seorang wanita, lantas disambut oleh berjenis-jenis suara lainnya. Meski terdengar ramai, tetapi ada kata yang selalu berulang sama. “Ambulans..ambulans...”

Secepat kilat saya berlari ke luar menuju sumber suara. Benar, keramaian sudah terjadi di rumah mungil bercat biru yang berjarak hanya sepelempar batu. Agak aneh memang melihat orang merdesak-desakan di dalam rumah sempit. Mengerubungi seorang lelaki paruh baya yang terbaring lemah di dipan.

Ah namanya orang kampung dalam situasi apa saja selalu saja mau bersama. Mereka tidak tahu bahwa lelaki itu perlu pertolongan segera, setidaknya tidak semakin disiksa dengan kebisingan, bau pengap dan kasak kusuk. Untung sebelum semuanya terlambat, lelaki itu bisa segera dilarikan ke rumah sakit terdekat. Nah, ini salah satu kemajuan yang saya apresiasi, entah kepada siapa. Meski sangat jauh dari pusat kekuasaan dan ekonomi, fasilitas vital dan infrastruktur dasar itu ada.

Orang-orang mulai berwacana menyusul pertolongan yang diperoleh lelaki itu. Biasa, apa lagi yang dibicarakan kalau bukan soal sebab, akibat, hingga berbagai spekulasi yang dibumbui mitos di sana sini. Bila bisa disimpulkan pembicaraan itu tak lebih dari gosip warung kopi.

Baru beberapa jam kemudian saya mendapatkan informasi yang valid. Lelaki itu mengalami masalah pada paru-paru sebelah kanan. Rasa sesak di dada kiri beberapa jam lalu sempat membuatnya tak nyaman hingga memancing butiran keringat keluar dari pori-pori di sekujur berteriak ketakutan. Bisa saja ingatan mereka langsung memutar kembali tontotan sinetron yang selalu disaksikan saban sore. Ekpresi seperti itu mendapatkan padanannya pada tokoh-tokoh sinetron yang berakhir naas tak lama kemudian.

Meski begitu seturut anjuran dokter, kondisi lelaki itu masih harus dipastikan lebih jauh. Ia dianjurkan melakukan pemeriksaan pada dokter spesialis paru. Kemudian didapati hasil uji laboratorium bahwa ada peradangan di paru-paru sebelah kiri.

“Anis harus kontrol setiap dua minggu sekali, juga rutin minum obat dan vitamin setiap hari,”suara parau Dince merayapi telingaku. Dince adalah wanita yang 15 tahun terakhi menamani Anis dengan ketiga anak mereka.

Mendapat informasi rinci soal penanganan penyakit tersebut membuat hati saya tenang. Anis, meski 15 tahun lebih tua, adalah kawan bercerita yang baik setiap kali saya kembali merantau. Istri dan anak-anak mereka sudah saya angga seperti saudari dan saudara kandung.

Tetapi suara parau Dince mengatakan hal mendasar. Prasyarat kesembuhan itu harus ditebus dengan pengorbanan tidak sedikit. Selama 7 hingga 8 bulan, atau bahkan setahun, Anis harus menjalani masa pengobatan dengan kontrol rutin dwi mingguan, plus obat dan vitamin saban hari. Menghitung berapa kali konsultasi yang dilakukan, berapa banyak obat dan vitamin yang harus diminum lantas dikalikan dengan rupiah, akan mendapatkan angka nol berderet-deret.

Itu baru satu soal. Masih ada soal lain. Dokter menyarankan agar Anis sebaiknya berhenti bekerja sementara setidaknya selama tiga bulan pertama agar proses penyembuhan bisa berjalan cepat, dan lebih dari itu menghindari hal-hal yang tidak diinginkan yang bisa terjadi sesewaktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun