Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dari Lokasi Jadi Destinasi, Strategi Branding Desa Menjadi Desa Wisata

11 November 2022   21:25 Diperbarui: 11 November 2022   21:42 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi panorama alam pedesaan | foto dokpri

Setelah pelanggan atau pengunjung melakukan eksperimen atau tindakan tertentu maka apa yang dirasa secara visual dan sensori itu akan masuk ke kepalanya. Rasa makanan, misalnya, tidak hanya berakhir dengan rasa kenyang, tetapi meninggalkan kesan dalam benak.

Memang kerja branding ini tidak gampang. Ia tidak sebatas pada pembuatan logo dan slogan sebagaimana kerap disalahpahami.

Membangun branding  dari sebuah lokasi menjadi destinasi dan dari desa menjadi destinasi desa wisata tidak hanya berhenti ketika banyak orang mengenal dan mereka bisa merasakan manfaatnya, tetapi perlu sampai pada taraf ketika orang menyimpan ingatan, rasa (ikatan emosional), dan pengalaman tertentu.

Saat itu terjadi, maka orang akan datang lagi dan lagi. Orang pun akan dengan sukarela membagikannya dengan bantuan media sosial dan segala perangkat teknologi mutakhir.

Lantas, bagaimana membangun village branding?

Pertama, dari berbagai potensi yang ada bisa digali dan ditemukan keunikan, kekhasan, dan keunggulan. Keunggulan itu menjadi kompetensi inti yang menjadi ciri khas, pembeda, dan daya tarik baik secara internal (warga dan komunitas setempat) maupun eksternal (wisatawan, investor, dll).

Keunggulan yang ditonjolkan itu bisa berupa panorama alam, seni budaya, kelezatan kuliner, atraksi program wisata, dll.

Keberagaman desa di Tanah Air menampilkan kekayaan dan perbedaan karakteristik dengan nilai-nilai otentik atau asli yang bisa menjadi kebanggaan setiap desa.

Kedua, studi kelayakan sangat mungkin diperlukan untuk menemukan kekhasan dan mengukur kemampuan merealisasikan target tertentu.

Branding tidak bisa dilakukan dari kekosongan, pun menjauhi kenyataan. Begitu juga tidak bisa dibangun semata-mata karena sentimen publik, atau ambisi pemerintah daerah.  Ia harus datang dari kelayakan.

Ketiga, aksi. Membuat logo, tagline, mengabadikan kekayaan visual yang sungguh laku di jagat maya, website, akun-akun medsos, atraksi, kampanye ke sekolah-sekolah hingga institusi pemerintahan setempat, dan sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun