Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dari Lokasi Jadi Destinasi, Strategi Branding Desa Menjadi Desa Wisata

11 November 2022   21:25 Diperbarui: 11 November 2022   21:42 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi panorama alam pedesaan | foto dokpri

Hanya saja, konsep ini perlu diberi sejumlah batasan jelas dan tegas.  Desa wisata untuk pemberdayaan dan berpusat pada masyarakat setempat (people).  Warga desa adalah aktor sekaligus sasaran, bukan penonton dan pelengkap.

Memberikan manfaat, baik ekonomi (pendapatan dan lapangan kerja), sosial (peningkatan keterampilan masyarakat), lingkungan (peningkatan infrastruktur), maupun dampak turunan lainnya.

Dikembangkan secara berkesinambungan dengan memperhatikan potensi, sumber daya lokal, kearifan lokal, daya dukung lingkungan.

Pembangunan fasilitas, misalnya, tidak dilakukan serampangan.  Perlu memperhatikan dampak alam, masyarakat, maupun kultural, sehingga tidak menurunkan kualitas lingkungan dan mengenyahkan kekayaan budaya yang sudah ada dan telah dipertahankan turun-temurun.

Harus bisa dipastikan generasi yang akan datang tidak akan dirugikan oleh karena segala kerusakan dan hilangnya warisan budaya karena ulah generasi sebelumnya.

Hal ini sejalan dengan amanat  UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, Peraturan Presiden No. 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, dan sesuai prinsip-prinsip Sustainable Development Goals (SDGs) Desa yang diturunkan dari SDGs PBB (bdk. Buku SDGs DESA: Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Nasional Berkelanjutan, A.Halim Iskandar, Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2020).

Lokalitas

Frans Teguh, Staf Ahli Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dalam Talkshow Desa Wisata: Ikon Andalan Baru Wonderful Indonesia pada Rabu (24/3/2021) lalu memberikan sejumlah gambaran ideal desa wisata masa kini yang dipengaruhi oleh perubahan perilaku pasar, terutama pasca-pandemi Covid-19.

Pertama, beroritentasi lokal. Aspek lokalitas perlu ditonjolkan sekaligus dijaga. Orang cenderung mencari keseimbangan baru dengan desa wisata bisa menjawab kerinduan akan pengalaman otentik.

"Kekuatan desa wisata bagaimana mengemas dan mengelola kearifan lokal menjadi daya tarik," tandas pria asal Flores, NTT itu.

Kedua, personalisasi. Hubungan kemanusiaan antara warga dan wisatawan. Ada interaksi dalam berbagai aktivitas dan atraksi sehingga para pengunjung bisa belajar banyak soal kearifan lokal dan lokalitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun