Selain kecerobohan dan aksi serampangan setiap individu, pihak-pihak tertentu bisa saja memanfaatkan data pribadi banyak orang untuk kepentingan tak semestinya. Persis seperti kejadian yang menimpa saya kali ini. Juga keluhan banyak orang soal panggilan telepon mendadak yang tak diharapkan.
Suara lembut dan ramah di ujung telepon jelas seorang perempuan. Pembawaannya sungguh profesional, tak jauh berbeda saat kita berhadapan dengan petugas "customer service" umumnya.
Dengan tenang ia menawariku pinjaman online. Sebelum ia memberikan sejumlah informasi terkait skema pinjaman dan lain-lain, ia bertanya, "Kalau boleh tahu apa pekerjaan bapak saat ini?"
Syukurlah ada informasi pribadi lain yang belum ia ketahui. Atau jangan sampai, hanya sekadar "layanan bibir." Entahlah.
Pengangguran. Jawabku mantap.
"Tidak apa-apa kalau memang bapak pengangguran. Yang penting ada jaminan sertifikat." Begitu jawabnya.
"Kalau begitu saya mau ajukan pinjaman 150 juta rupiah." Aku menjawab sekenanya.
Tampaknya jawaban ini cukup membuatnya antusias. Aku sebenarnya hanya ingin tahu apakah seorang pengangguran bisa mendapat kemudahan untuk pinjaman online yang nilainya tidak sedikit. Selain itu, aku ingin tahu bagaimana mereka memastikan seorang calon kreditur layak mendapatkannya.
"Boleh saya tahu jenis sertifikat bapak, apakah sertifikat tanah atau rumah?"
Oalah, pertanyaan berat kepada seorang yang baru saja mengaku pengangguran, tinggal di kota dengan biaya hidup tak murah, dan tidak punya harta benda berharga.
"Sertifikat vaksin."