Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Medali Emas Chen Yufei, Unggulan Pertama Kompak Tak Berdaya, dan Pelajaran bagi Gregoria Mariska

2 Agustus 2021   04:43 Diperbarui: 2 Agustus 2021   06:11 1275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Chen Yufei, peraih medali emas tunggal putri Olimpiade Tokyo: https://twitter.com/BadmintonTalk/

Jorji tampil kurang meyakinkan sejak gim pertama. Kesalahan sendiri yang kerap dibuat dan kekurangcermatan mengantisipasi bola-bola silang Intanon membuatnya harus menyerah mudah di set pertama.

Intanon belum juga mendapat perlawanan di awal set kedua. Namun situasi sempat memanas saat Jorji mampu mendekati perolehan poin Intanon. Momentum baik tersebut terjadi setelah Jorji mampu tampil lebih agresif. Berani menyerang dengan smes silang dan ulet meladeni setiap penempatan bola Intanon di sudut-sudut sulit.

Sayangnya, sedikit kesalahan sendiri membuat pendulum kesempatan baik berbalik arah. Intanon pun bisa mengunci kemenangan dengan tanpa harus melewati set ketiga seperti pertemuan mereka sebelumnya di Malaysia Masters 2020. Saat itu Jorji memaksa Intanon bertarung tiga gim, 24-22, 19-21, 15-21.

Selain kualitas teknik, mental bertanding jelas dibutuhkan untuk menghadapi pertarungan di panggung sekaliber Olimpiade. Dengan tak bermaksud meremehkan ketangguhan mental Jorji, patut diakui Intanon sudah teruji di sejumlah turnamen akbar.

Intanon sudah memiliki pengalaman bertanding di dua edisi Olimpiade sebelumnya yakni di London 2012 dan Rio empat tahun berselang, Pencapaian terbaik adalah menjadi perempatfinalis di kesempatan pertama.

Gagal melangkah jauh di London tak menghalangi semangat Intanon untuk terus mengembangkan diri. Setahun setelah Olimpiade London, Intanon merebut medali emas di Kejuaraan Dunia yang digelar di Guangzhou, China.

Intanon menggasak jagoan tuan rumah sekaligus unggulan teratas, Li Xuerui, 22-20, 18-21, 21-14. Kemenangan rubber set itu sekaligus menahbiskan Intanon sebagai juara dunia di kelas senior termuda. Saat itu usianya 18 tahun.

Gelar juara tersebut merupakan loncatan besar, namun tanda-tandanya sudah terbaca sejak beberapa tahun sebelumnya. Intanon adalah pemilik tiga gelar juara dunia junior yang diraih secara beruntun sejak 2009 hingga 2011.

Seperti Intanon, Jorji pun pernah berprestasi di kelas junior. Jorji adalah jawara Kejuaraan Dunia 2017. Namun Jorji patut mengakui pengalaman dan jam terbang Intanon. Mantan pebulutangkis nomor satu dunia itu masih menjadi pesaing utama di papan atas.

Walau kini posisinya melorot ke urutan enam dunia, Intanon masih layak diperhitungkan, termasuk di Olimpiade Tokyo. Sementara itu Jorji bisa menjadikan momen debut ini sebagai titian untuk berprestasi di Paris empat tahun mendatang.

Apakah Jorji akan datang lagi dengan persiapan yang lebih baik? Semoga Jorji belajar untuk menjadi lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun