Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hari Ini Hari Buku Nasional, Anda Sedang Baca Buku Apa?

17 Mei 2021   00:19 Diperbarui: 22 Maret 2022   08:11 1034
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sejumlah buku yang menemani hari-hariku dalam beberapa minggu terakhir: dokpri

Buta huruf (fungsional)

Laporan World Bank pada 2018 juga menunjukkan hasil yang sama memprihatinkan. Lebih dari setengah penduduk Indonesia yang rutin membaca, 55 persen, mengalami buta huruf fungsional.

Berbagai data di atas, termasuk dari World Bank, yang pernah ramai menjadi polemik saat masa kampanye Pilpres beberapa waktu lalu, memang masih perlu diperjelas. 

Tidak hanya untuk memvalidasi kebenaran informasi dengan metode-metode sahih yang bisa dipertanggungjawabkan, tetapi juga perlu memperjelas sejumlah definisi untuk menghindari kekaburan dan salah paham.

Salah satunya terkait buta huruf fungsional. Selama ini kita mungkin lebih akrab dengan sebutah buta huruf (iliteracy) untuk membedakan dari melek huruf atau terpelajar (literacy). Namun masih ada sebutan buta huruf fungsional (functionally iliterate) yang perlu diterangkan lebih jauh.

Kita bisa meminjam definisi UNESCO sejak 1978 untuk mendapatkan pengertian buta huruf fungsional. 

Seseorang disebut buta huruf fungsional apabila "can not engage in all those activities in which literacy is required for effective functioning of his group and community and also for enabling him to continue to use reading, writing and calculation for his own and the community's development."

Sementara itu seseorang disebut buta huruf bila, "can not with understanding both read and write a short simple statement on his everyday life."

Secara sederhana bisa dikatakan demikian. Seseorang dikategorikan buta huruf fungsional bila tidak bisa terlibat secara efektif dalam kegiatan keaksaraan dalam kelompok atau komunitas, serta berkontribusi lebih lanjut. Buta huruf fungsional tidak bisa bertindak lebih jauh dari sekedar bisa mengenali aksara. Sementara itu buta huruf jauh lebih mendasar dan terkait dengan kemampuan paling sederhana yakni ketidakmampuan untuk sekadar membaca dan menulis hal-hal yang paling mudah sekalipun.

Bisa jadi berbagai definisi di atas masih jauh dari jelas. Terlepas dari itu, soal buta huruf jelas berkorelasi dengan minat baca. Agar bisa timbul minat baca, pertama-tama orang perlu melek baca dan tulis.

Berbicara tentang minat baca di Indonesia tidak bisa tidak mengindahkan kenyataan soal buta huruf hingga buta huruf fungsional. Laporan BPS 2020, menukil tirto.id (16/5/2021), sekitar 1,93 persen penduduk Indonesia masih tergolong buta huruf.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun