Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Dari All England Rasa Jepang, 5 Pelajaran demi Prestasi Indonesia di Olimpiade Tokyo

22 Maret 2021   23:38 Diperbarui: 24 Maret 2021   08:49 671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dua warga berjalan di depan logo olimpiade di Tokyo, Jepang.(REUTERS via ABC INDONESIA/KOMPAS.COM)

Protokol ketat tetap menjadi nomor satu. Peraturan pemerintah setempat tetap dijunjung tinggi. Namun segala sesuatu tetap bisa disiasati dengan baik tanpa menimbulkan kegaduhan.

Salah satu kebijakan yang diterapkan panitia adalah mengharuskan peserta tiba paling lambat satu minggu sebelum turnamen. Hal ini membuat para peserta masih memiliki waktu untuk menjalani karantina atau isolasi mandiri. Belum lagi sistem "bubble" yang diterapkan dengan baik untuk menjaga kesehatan dan keselamatan para peserta.

Sewa pesawat

Kelima, bagian dari mitigasi, Indonesia mestinya sudah mulai memikirkan opsi untuk menggunakan pesawat sewaan bagi para pemain yang akan dikirim ke sejumlah turnamen. Memang memakai pesawat carter membuat PBSI harus merogoh kocek lebih dalam.

Menggunakan pesawat komersial sangat berisiko. Apalagi untuk penerbangan jarak jauh dengan waktu tempuh puluhan jam dan harus melakukan persinggahan. Kontak dengan para penumpang tak terhindarkan. Risiko tertular Covid-19 terbuka lebar.

Saat leg Asia, Indonesia memilih menyewa pesawat untuk transportasi Hendra Setiawan dan kawan-kawan. Jarak Indonesia ke Bangkok tentu lebih dekat, ketimbang Denmark, yang kemudian membuat Indonesia urung ambil bagian.

Bila memilih menyewa pesawat, maka harus menyiapkan dana lebih banyak. Jangan ada lagi kata efisiensi bila harus demikian. Berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk carter pesawat untuk penerbangan berdurasi lebih dari 20 jam misalnya? Bagi para pemain profesional non pelatnas seperti The Daddies, berapa ongkos yang harus mereka tanggung?

Hal-hal teknis seperti ini jelas harus masuk perhitungan. PBSI perlu mempelajari profil setiap negara dan urgensi tiap turnamen. Atau diberangkatkan dengan pesawat komersial tapi lebih awal dari jadwal pertandingan, atau tidak perlu ikut serta bila terlalu berisiko dan butuh banyak dana untuk menggunakan pesawaat sewaan.

Akhirnya, Olimpiade masih beberapa bulan lagi. Ada sejumlah turnamen kualifikasi yang mungkin diikuti. Kita sudah harus mempersiapkan rencana alternatif dalam penanganan darurat sehingga kekecewaan di All England 2021 tidak berulang. Sebagai balasannya, kita bisa berjaya di Olimpiade Tokyo!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun