Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Target Tinggi di Swiss, Momen Shesar Vito Lepas dari Bayang-bayang Jojo-Ginting

20 Februari 2021   06:28 Diperbarui: 21 Februari 2021   13:11 795
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Shesar Vito:bwfbadminton.com

Saat Anthony Sinisuka Ginting dan Jonatan Christie tak bisa memenuhi harapan tunggal putra, kepada siapa kita kemudian berharap? Sampai kapan kita menggantungkan asa prestasi kepada Ginting dan Jojo semata? Apakah hanya kedua pemain itu yang mampu menghadirkan kebanggaan dari nomor tunggal putra bagi pencinta badminton tanah air?

Selepas era Tommy Sugiarto, kita menggantungkan harapan pada generasi Ginting. Ekspektasi pada generasi ini cukup tinggi. Di satu sisi, paceklik prestasi sedang menggerogoti sektor tersebut setelah tak ada lagi penerus Taufik Hidayat yang mampu menggapai berbagai prestasi kelas dunia.

Di sisi lain, generasi tersebut hadir dengan sejumlah nama sekaligus. Mereka disebut-sebut memiliki potensi luar biasa. Ini tak ubahnya berkah tak terkira. Mendapatkan sejumlah talenta dengan potensi nyaris setara adalah kabar gembira. Selain Ginting dan Jojo, beberapa rekan seangkatan yang patut disebut adalah Ihsan Maulana Mustofa dan Firman Abdul Kholik.

Seiring berjalannya waktu, pendulum harapan besar itu mulai terbaca arahnya. Ternyata bibit-bibit potensial itu tidak mekar bersamaan. Kuncup yang mulai terlihat merekah saat mereka berusia 18-19 tahun, ternyata memiliki proses perkembangan beragam. Kemudian, satu per satu tenggelam.

Gaung Ihsan Maulana mulai tak terdengar. Pemuda Tasikmalaya yang digadang-gadang menjadi bagian dari trisula tunggal putra bersama Ginting dan Jojo tak lagi terlihat bertaji. Ihsan yang paling kakak di antara keempat nama itu tak lagi disebut namanya.

Oktober 2019, Ihsan mengambil keputusan berani. Ia mundur dari Pelatnas PBSI dan memilih menjalani karier profesional bersama klubnya, PB Djarum. Walaupun mengagetdan dan cukup disayangkan, bisa jadi keputusan itu menjadi sebentuk instrospeksi diri. Ia tahu tak bisa menjaga irama perkembangan bersama Ginting dan Jojo. Ia kalah bersaing.

Tak sampai di situ. Setahun berselang, Ihsan membuat kaget fan bulu tangkis dengan postingannya di Instagram. "Gak kerasa gue... udah jadi bapak," tulis Ihsan pada postingannya yang sedang bersama seorang bayi disertai emoticon tertawa.

Ihsan Maulana:https://badmintonindonesia.org/
Ihsan Maulana:https://badmintonindonesia.org/

Sebelum Ihsan menyerah bersaing di Pelatnas, Firman lebih dulu menunjukkan tanda-tanda tersebut. Firman, sempat mengakui dirinya sedang keteteran mengejar rekan-rekannya. Berbeda dengan Ihsan, Firman tak ambil langkah serupa. Pemain kidal itu tak mau buru-buru pulang ke klub, tempat dari mana ia dan Ihsan sama-sama berasal.

Pemuda yang kini berusia 23 tahun itu masih mau mengejar ketertinggalannya di bawah arahan Hendry Saputra dan tim. Nama Firman pun ada dalam daftar penghuni Cipayung, Jakarta Timur sepanjang tahun lalu.

Hingga kini kita masih menunggu Kabid BinpresPBSI Rionny Mainaky mengumumkan daftar promosi-degradasi pemain nasional. Tahun sebelumnya kita tak perlu menunggu selama ini. Malah di akhir 2019 kita sudah tahu siapa saja penghuni Pelatnas 2020 setelah melewati seleksi: ada yang naik dari kelas pratama ke kelas utama atau sebaliknya, juga yang harus dikembalikan ke klub (degradasi).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun