Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Menjadi Bunda Tanggap Alergi dengan Gerakan 3K

22 April 2019   17:37 Diperbarui: 3 Mei 2019   14:38 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para narasumber yang hadir/Dokpri

Menjadi seorang ibu tentu tidak mudah. Selain bertanggung jawab mengurus suami dan rumah tangga, ia juga ikut terlibat dalam seluruh proses tumbuh kembang sang buah hati. Bahkan peran seorang ibu sangat menentukan bagi masa depan anak.

Dalam menemani tumbuh kembang anak, seorang ibu pun dituntut bersikap tanggap terhadap setiap perubahan yang terjadi. Tak terkecuali alergi. Secara sederhana, alergi merupakan reaksi kekebalan tubuh yang tidak normal dalam mengenali bahan yang sebenarnya tidak berbahaya untuk tubuh.

Ada satu istilah yang relevan dan kadang salah dipahami yakni alergen. Alergen merupakan bahan yang mencetuskan alergi. Pencetus alergi itu bisa berupa sesuatu yang terhirup atau makanan. Sesuatu yang terhirup yang dapat menyebabkan alergi di antaranya tungau, debu rumah, serbuk sari tanaman, kecoa, serpihan kulit binatang dan jamur. Sementara itu alergen yang berasal dari makanan di antaranya susu sapi, kacang kedelai, kacang tanah, makanan laut (udang, kepiting, udang karang), gandum, telur, dan ikan.

Nah, setiap anak yang mengalami alergi tentu memiliki faktor pemicu berbeda-beda. Yang pasti, angka kejadian dan risiko alergi pada anak, terutama terhadap makanan masih terus terjadi, tidak hanya di Indonesia tetapi juga seluruh dunia.

Slide presentasi/Dokpri
Slide presentasi/Dokpri

Hal ini bisa ditunjukkan melalui data dari World Allergy Organization (WAO) dalam The WAO White Book on Allergy: Update 2013. Data tersebut menunjukkan angka prevalensi alergi mencapai 10-40 persen dari total populasi dunia. Menariknya, 7,5 persen dari presentase tersebut mengacu pada anak-anak yang memiliki alergi susu sapi.

Saya beruntung mendapat informasi ini saat mengikuti peringataan World Allergy Week 2019 yang diselenggarakan oleh Sarihusada pada 10 April 2019 lalu. Pada kesempatan itu hadir sejumlah narasumber kompeten yang sangat memahami terkait alergi dan bagaimana mencegah dan menyikapinya.

Mereka adalah Prof. DR. Budi Setiabudiawan, dr., SpA(k), M.Kes, Konsultan Alergi dan Imunologi Anak; Meutia Athaya, Brand Manager Allergy Care Sarihusada; serta Natasha Rizky yang merupakan aktris sekaligus seorang ibu.

Prof. DR. Budi Setiabudiawan, dr., SpA(k), M.Kes, Konsultan Alergi dan Imunologi Anak/Dokpri
Prof. DR. Budi Setiabudiawan, dr., SpA(k), M.Kes, Konsultan Alergi dan Imunologi Anak/Dokpri
Gejala Alergi

Di atas telah disebutkan sekilas terkait alergi dan pemicu alergi. Namun soal alergi tidak sesederhana itu. Banyak dari antara para ibu khususnya dan orang tua umumnya yang kurang menyadari tentang gejala alergi yang bisa muncul pada saluran pernapasan, kulit, dan saluran cerna. Tersebab kurang pemahaman ini bisa membuat langkah penanganan terkadang menjadi keliru.

Gejala alergi yang muncul pada saluran pernapasan ditandai di antaranya oleh hidung berair, bersin, hingga batuk kronis non infeksi. Dermatitis atopik (kondisi kulit kronis yang menyebabkan serangan gatal-gatal), urtikaria (hives, gatal-gatal, kaligata, atau biduran), dan bengkak di kelopak mata atau bibir merupakan gejala alergi pada kulit. Sementara itu gejala alergi pada saluran cerna ditandai oleh kolik (nyeri), sulit menelan, sering meludah, muntah, konstipasi, gagal tumbuh dan diare.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun