Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Mengurai Soal Akut Sampah Plastik, Saatnya Kita Berpindah Paradigma

15 Maret 2019   16:47 Diperbarui: 27 Maret 2019   14:18 1020
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampah yang menumpuk di pesisir Desa Tambaklorok, Semarang, Jawa Tengah/foto dari ANTARA FOTO/Aji Styawan

Secara sederhana, ekonomi sirkular merupakan sistem ekonomi yang bertujuan meminimalkan limbah dan sebaliknya memanfaatkan setiap sumber daya sebaik mungkin. Kehadirannya merupakan antitesis dari pendekatan ekonomi linear yang terkenal dengan siklus produksi "ambil-buat-buang" atau take-make-waste. 

Bila dalam sistem linear tradisional sumber daya yang telah dipakai lantas menjadi barang bekas, tidak demikian dengan ekonomi sirkular. Limbah sumber daya bisa dimanfaatkan kembali, sementara emisi dan kebocoran energi diminimalisasi. Cara-cara yang ditempuh pun bermacam-macam mulai dari pemeliharaan, perbaikan, penggunaan kembali, hingga daur ulang.

Konsep ini muncul melalui perjalanan panjang, hingga sulit dicarikan akar yang pasti. Pada 1989 ekonom lingkungan Inggris, David W.Pearce dan R.Kerry Turner membuat pemodelan yang membuatnya menjadi lebih jelas. Mereka menemukan kealpaan dan titik lemah dalam ekonomi terbuka tradisional. Mereka mendapati kenyataan bahwa daur ulang dari setiap aktivitas produksi belum menjadi perhatian. Di sisi lain, lingkungan semata-mata dilihat sebagai reservoir limbah.

Siklus linear ini berangkat dari dan ditopang oleh ketergantungan pada cadangan sumber daya yang terbatas untuk menghasilkan produk yang berusia pendek. Karena berumur pendek tak heran setiap produk itu kemudian segera berakhir di tempat pembuangan sampah tak lama setelah dipakai.

Pendekatan satu arah ini kemudian memantik kehadiran ekonomi sirkular atau melingkar yang menjadikan sistem bekerja serupa organisme dengan siklus yang tak berujung. Bila digambar dalam diagram, ia akan mengambil bentuk "loop tertutup" dengan rantai tak terputus.

Penerapan pendekatan ini nyata dalam kehadiran produk yang bertahan lebih lama atau barang-barang yang ada bisa digunakan kembali. Muara dari pendekatan ini antara lain mengurangi pemborosan, menekan produksi limbah dan polusi di satu sisi dan melestarikan sumber daya di sisi berbeda.

Konsep ini masih bisa dijabarkan secara panjang lebar, dengan berbagai macam aliran yang berkembang dan kritik yang menyertainya. Terlepas dari itu, sudah banyak industri yang mengadopsi konsep ini, mulai dari industri tekstil, konstruksi atau infrastruktur hingga logistik.

Salah satu perusahaan yang berkomitmen pada kelestarian alam dan menerapkan model ekonomi sirkular adalah Danone-AQUA. Perusahaan ini merupakan pelopor Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) yang menjadikan keberlangsungan lingkungan dan inovasi sebagai prioritas.

Perwujudan nyata dari semangat tersebut adalah kehadiran kemasan botol plastik 100 persen hasil daur ulang. Patut dicatat, botol AQUA ini merupakan botol pertama di Indonesia yang 100 persen dibuat dari plastik daur ulang dan 100 persen bisa didaur ulang kembali.

Botol AQUA 100 persen bisa didaur ulang ini terbuat dari botol plastik bekas AQUA yang telah dipilah, dibersihkan, dicacah lantas diproses dengan menggunakan teknologi tinggi menjadi material pellet atau recycled PET. Recycle PET itu menjadi bahan baku botol baru AQUA 100% Recycled.

Peluncuran botol AQUA 100% Recycled/aqua.co.id
Peluncuran botol AQUA 100% Recycled/aqua.co.id
AQUA menjamin kualitas keamanan dalam pembuatan produk ini karena menerapkan standar keamanan yang tinggi. Selain itu telah memenuhi semua standar yang ditetapkan pemerintah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun