Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

LRT Palembang Dikritik Prabowo, Bagaimana Masa Depan LRT Jabodebek?

20 Februari 2019   00:21 Diperbarui: 20 Februari 2019   12:15 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
LRT Palembang/ KOMPAS.com/ Aji YK Putra

Mereka adalah Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, Zulfikri; Vice President PMO Operation LRT Jabodebek, Iwan Eka; Direktur Operasi II PT Adhi Karya (Persero) Tbk, Pundjung Setya Brata; Pengamat Transportasi dari Unika Soegijapranata, Djoko Setijowarno; dan Pengamat Perkotaan dari Universitas Tri Sakti, Nirwono Joga.

Para pembicara dalam acara FGD yang dipandu Maria Aneke, jurnalis Kompas TV/foto dokpri
Para pembicara dalam acara FGD yang dipandu Maria Aneke, jurnalis Kompas TV/foto dokpri
Acara ini dihadiri oleh para influencer, blogger, dan sejumlah komunitas dari Kompasiana dan Komunitas UNJ Commuter. Salah satu influencer yang cukup dikenal publik adalah Ditto Percussion, nama lain untuk Muhammad Pradana Budiarto yang adalah musisi, pembawa acara, plus penulis.

Acara sejak sore hingga menjelang malam itu mengupas banyak hal. Sejauh mana progress pembangunan, kapan mulai beroperasi, seberapa besar daya angkut, bagaimana jam operasional, siapa yang mengoperasikan, fasilitas apa yang akan tersedia, hingga besaran tarif. Tidak terkecuali masukan dari para peserta di antaranya fasilitas dan pelayanan yang ramah disabilitas, hingga ketersediaan moda tersebut untuk penduduk yang tinggal atau berdomisili di Tangerang.

Antusiasme peserta mengikuti FGD/foto dokpri
Antusiasme peserta mengikuti FGD/foto dokpri
Kita terlambat

Patut diakui pembangunan moda transportasi umum di Indonesia cukup terlambat dibanding negara-negara lain. Hal ini diakui oleh Zulfikri dengan menyebut durasi keterlambatan Indonesia dibanding negara-negara lain mencapai 26 tahun. Siapa saja yang sudah beranjangsana, jangankan ke Eropa dan Amerika Serikat, cukuplah ke Singapura, pun akan mengamini hal tersebut.

Penampakan LRT di Singapura/thetravelearn.com
Penampakan LRT di Singapura/thetravelearn.com
Bila masyarakat negara lain sudah bisa menikmati layanan transportasi publik yang memadai dan terintegrasi, penduduk di ibu kota Jakarta masih harus berkutat dengan pilihan yang minim dan pengorbanan lebih untuk menjangkau tujuan.

Selama hari kerja saya adalah satu dari ribuan warga yang menggunakan layanan KRL Commuter Line. Saya bersyukur bisa menikmati transportasi yang cepat dan tepat waktu. Sayangnya, volume penumpang masih tak sebanding dengan ketersediaan rangkaian kereta. Tak heran saat jam-jam sibuk, entah pergi atau pulang, para penumpang seperti bergulat dengan sesama untuk mendapat ruang di dalam kereta.

Potret stasiun KRL di ibu kota/foto Kompas.com
Potret stasiun KRL di ibu kota/foto Kompas.com
Kenyataan ini menunjukkan bahwa pilihan moda transportasi massal yang ada saat ini masih belum memadai untuk menampung arus penumpang yang tinggi. Relasi dan frekuensi perjanan KRL masih terbatas. Sekalipun telah ditopang oleh bus Transjakarta dan transportasi umum lainnya, masih saja kurang. Tanpa perlu mencari tahu berapa banyak penumpang yang memerlukan tambahan moda transportasi, sudah bisa dikatakan kehadiran LRT di ibu kota sangat diperlukan.

Idealnya, kata Zulfikri, sebuah kota dengan tingkat kepadatan penduduk di atas satu juta jiwa, memiliki angkutan transportasi massal seperti LRT dan MRT (Mass Rapid Transit). Itulah mengapa mengandalkan KRL, Transjakarta, Kopaja hingga mikrolet di ibu kota belum cukup memenuhi kebutuhan transportasi.

Pengerjaan tak mudah

Pembangunan LRT Jabodebek fase I membentang dari Cibubur-Cawang, Bekasi Timur-Cawang, lantas Cawang-Kuningan-Dukuh Atas dengan panjang keseluruhan mencapai 44,3 kilometer. Proyek ini dikerjakan oleh PT Adhi Karya Tbk.

Infografis dari http://lrtjabodebek.com
Infografis dari http://lrtjabodebek.com
Bila kita melintas di jalur-jalur tersebut akan terlihat jelas proses pengerjaannya dengan tingkat kemajuan berbeda-beda. Sebagaimana dikatakan Pundjung Setya Brata, progress pembangunan secara keseluruhan sudah mencapai 58,3 persen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun