Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

"Ride Sharing" Konsep Kekinian Mengurai Kemacetan

12 November 2017   23:38 Diperbarui: 13 November 2017   03:43 1075
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret kemacetan di kawasan Slipi, Jakarta. Gambar: www.kompas.com

Mengapa "ride-sharing"?

Pernyataan Ahok di awal adalah salah satu solusi yang masih menjadi harapan. Transportasi massal berbasis rel masih menjadi cita-cita. Penggenapannya masih menunggu waktu yang tidak singkat. Pembangunan moda transportasi massal berbasis rel yang sedang berjalan setidaknya membutuhkan waktu beberapa tahun untuk dinikmati warga ibu kota. Itu pun belum menjamin akan menyelesaikan persoalan kemacetan secara paripurna.

Apakah warga akan serentak bergerak menggunakan moda transportasi umum? Apakah pada waktu bersamaan pertumbuhan kendaraan pribadi akan bergerak ke titik nol? Berapa lama harus menanti jalanan ibu kota kembali sepi seperti saat Lebaran?

It's better to light a candle than curse the darkness. Lebih baik menyalakan sebatang lilin daripadamengutuk kegelapan. Kebijaksanaan ini menginspirasi untuk mendapatkan solusi di tengah keruwetan lalulintas ibu kota. Sambil menanti cita-cita Ahok dan warga ibu kota tergenapi kita membutuhkan jalan keluar untuk sedikit mengurai keruwetan sini-kini.

"Ride-sharing" alias "nebeng" bisa menjadi pilihan. "Nebeng" dengan teman sekantor, tetangga atau kenalan yang searah akan membuat waktu menjadi lebih efisien, hemat bahan bakar, dan mengurangi kesulitan mencari lahan parkir.  Namun patut diakui tidak mudah untuk mengelola dan mengendalikan konsep seperti itu tanpa bantuan teknologi. Adalah menambah beban dan pekerjaan bila setiap hari harus menghubungi dan mencari tahu siapa teman, kolega atau tetangga yang bisa dimintakan tumpangan, bukan?

Prinsip dasar itu kemudian dikembangkan startup seperti Uber. Konsep "ride-sharing" yang mulai muncul dan berkembang pesat sejak 2015 seperti berkah bagi warga ibu kota dan kota-kota besar lainnya untuk mendapatkan akses transportasi yang mudah.

Dilengkapi teknologi "real time", "ride-sharing" entah menggunakan kendaraan bermotor roda dua dan empat langsung mendapatkan tempat tersendiri. Berangkat dari keberhasilan bisnis serupa di sejumlah negara, kehadiran konsep tersebut di tanah air sedikit banyak mempermudah aktivitas masyarakat.

Kehadiran startup seperti Uber yang mengembangkan konsep tersebut lantas menggoda pengguna kendaraan pribadi untuk meninggalkan tunggangannya di rumah. Berbagi kendaraan untuk mengurangi keruwetan di jalanan ibu kota di satu sisi, serta mendapatkan layanan yang terjangkau di sisi lain.

Tentu tidak ada orang yang tidak  ingin duduk manis tanpa harus mengalami kelelahan menyetir dalam waktu lama. Alih-alih berkendara selama berjam-jam menembus kemacetan yang kian menjadi-jadi orang akan lebih memilih menggunakan layanan Uber untuk membawanya ke tempat tujuan.

Selain itu tidak sukar mendapatkan pengendara dan memilih kendaraan yang diinginkan karena teknologi yang tersedia memungkinkan pengguna untuk memilih yang terbaik baginya. Dengan teknologi "real time" lebih mudah bagi pengguna untuk menghitung perjalanan dan memantau perjalanan melalui perangkat Global Positioning System (GPS).

Di samping itu tak kalah penting "ride-sharing" sedikit banyak membantu untuk menghubungkan pengguna dengan pusat layanan transportasi umum. Dari dan ke halte terdekat bisa dijangkau dengan transportasi tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun