Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

KompasTV dan FFPI 2016, Antara Pembalikan Mitos dan Artikulasi Kreatif Kemanusiaan

27 Januari 2017   22:54 Diperbarui: 27 Januari 2017   23:09 668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemimpin Redaksi Kompas TV, Rosiana Silalahi mewakili pihak penyelenggara FFPI 2016 saat memberikan sambutan sekaligus membuka rangkaian acara/@KompasTV

Apa yang ada di benak Anda ketika menyebut kata humanisme? Cukup berat memang mencerna kata ini. Karena itu biar lebih gampang dicarikan padanannya yang lebih sederhana. Kemanusiaan. Tentang kata ini masih juga berat bukan?

Singkat kata kemanusiaan itu mengacu pada nilai-nilai yang dianut manusia dalam relasi dengan sesama. Di dalamnya ada toleransi, cinta kasih, tolong menolong, gotong royong, welas asih dan masih banyak lagi.

Sampai pada titik ini kita bisa bertanya lagi. Apakah sesederhana itu kita menerjemahkannya? Tentu saja tidak. Coba tengok begitu banyak soal yang tengah mengemuka di sekitar kita yang jelas-jelas bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Antara ketidakpahaman dan apatisme saling berpelukan. Membuat hidup kita seperti terus berada dalam krisis kemanusiaan.

Apa yang ditempuh Kompas TV dengan menyelenggarakan Festival Film Pendek Indonesia (FFPI) 2016 merupakan salah satu cara kreatif untuk menggemakan kembali nilai-nilai luhur yang mulai pudar, dan tidak sedikit sengaja dilupakan.

Selama lebih dari tiga bulan sejak 1 Oktober hingga 20 Desember 2016, Kompas TV bekerja sama dengan Fakultas Film dan Televisi Universitas Multimedia Nusantara membuka ruang bagi para pelajar dan mahasiswa untuk mengartikulasikan kemanusiaan dalam rupa film pendek.

Ajang kreatif ini tidak langsung muncul begitu saja. Workshop di 10 kota di Indonesia (Jakarta, Palembang, Medan, Lampung, Denpasar, Banjarmasin, Gorontalo, Pekalogan, Jogjakarta dan Banten) adalah bentuk pembekalan teknis dari sisi sinematografis kepada para pelajar dan mahasiswa. Selanjutnya mereka sendiri mengembangkan diri untuk menggali dan menghangkat nilai kemanusiaan itu.

Hal ini jelas terlihat dari keragaman aspek atau unsur kemanusaan yang diangkat. Dari 276 film pendek yang masuk ke meja panitia, terseleksi 10 finalis, masing-masing lima finalis untuk kategori pelajar dan kategori mahasiswa. Jumat 20 Januari 2017 bertempat di Bentara Budaya Jakarta, ke-10 film itu diputar dan di hadapan ratusan pasang mata dari beragam kalangan dewan juri memutuskan tiga terbaik.

Makbul Mubarak, pembuat film pendek sekaligus kritikus film yang menjadi salah satu dewan juri FFPI edisi ketiga ini mengaku bahwa kriteria penilaian tidak bertumpu pada hal-hal teknis semata. Benar bahwa unsur-unsur tersebut penting dan itu tidak diabaikan saat penjurian. Bersama anggota dewan juri lainnya yakni Deddy Risnanto (Perwakilan Kompas TV), Frans Sartono (General Manager Bentara Budaya ) dan Ifa Isfansyah (Sineas), mereka butuh waktu sehari untuk menentukan para pemenang. Tokh pada akhirnya setelah hal-hal teknis skaligus standar awal untuk mempermudah seleksi seperti soal durasi, kesesuaian tema dan sebagainya, tiba pada kriteria penting lainnya yakni originalitas dan kesegaran dalam mengartikan humanisme itu.

Mengutip Ifa Isfansyah, “Penilaian ini pada akhirnya berujung diskusi pada sesuatu yang tidak teknikal, karena suka ya suka. Juara nya yaitu film pendek yang memiliki unsur-unsur yang saling mengisi dan pas terhadap gagasan yang sebetulnya sederhana."

Antuasiasme penonton yang tinggi/@KompasTV
Antuasiasme penonton yang tinggi/@KompasTV
Hal senada juga dikatakan oleh Mubarak. “Bagaimana sebuah film pendek dapat menafsirkan humanisme secara original dan rasanya menjadi manusia yang sesungguhnya serta menawarkan perspektif segar tentang humanisme.”

Hemat saya apa yang dikemukakan dewan juri cukup beralasan dan itu terbukti dalam 10 film pendek yang masuk ke grand final. Keragaman genrebenar-benar ditampilan dan tidak dibeda-bedakan entah itu berjenis dokumenter, fiksi atau animasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun