Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Lebih Berdaya sebagai Penulis Warga, Mengapa Tidak?

20 November 2016   10:11 Diperbarui: 20 November 2016   15:32 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dari kiri ke kanan, Kang Maman, Mas Isjet, Mba Yayat dan Rizky Saragih/foto dari @rizkycsaragih

“Bila orang membaca tulisan pada suatu blog, dan dia meng-klik iklan yang ada, maka blogger bersangkutan akan mendapatkan komisi dari Google,”terang Kang Maman.

Bila tak mau repot mengurus blog pribadi, Kompasiana adalah ruang yang tepat bagi para penulis warga lainnya untuk menulis. Ada banyak manfaat yang bisa dipetik di sana.

Seperti diutarakan Mas Isjet, saat ini Kompasiana merupakan blog keroyokan terbesar di Indonesia dengan jumlah pembaca mencapai angka 30 juta per bulan.

“Saat ini pembaca Kompasiana, mencapai 30 juta per bulan dengan 800 jumlah artikel masuk per hari. Kompasiana pure opini warga, tanpa diembel-embeli kepentingan," paparnya.

Penulis dengan latar belakang booth Group of Digital/dokpri
Penulis dengan latar belakang booth Group of Digital/dokpri
Selain sasaran yang luas, sistem yang dibangun di Kompasiana juga mengasah para penulis untuk terus berkembang. Bergaul dengan para penulis hebat dalam semangat sharing and conecting,sistem verfikasi warna juga menjadi sebentuk evaluasi atas pencapain seorang penulis.

"Bagi pembaca di Kompasiana bisa dijamin, bahwa yang dibaca adalah tulisan bagus. Sistem verifikasi warna hijau dan biru atau belum verifikasi, sebagai cara membedakan reputasi si penulis.”lanjut Isjet yang sangat getol mengkampanyekan gerakan #ayomenulis.

Terlepas dari tujuan material tersebut, menulis sebenarnya memiliki tujuan adiluhung. Dari setiap tulisan yang kita lahirkan kita sebenarnya sedang terlibat dalam proyek sejarah yang bernilai abadi. Seperti diungkapkan Kang Maman mengutip pernyataan sastrawan Indonesia, Pramoedia Ananta Toer, menulis adalah kerja keabadian yang dampaknya bisa melintas ruang dan waktu.

 "Menulis bekerja untuk keabadian, untuk melawan kebisingan kita perlu teriak keras. Tapi dengan menulis, kita bisa teriak baik dalam diam atau bersuara," tandas Kang Maman yang pernah merasakan susahnya menulis pada rezim otorian Orde Baru itu.

Jadi siapapun bisa berdaya dan diberdayakan sebagai penulis warga. Dan sebagai penulis wargapun bisa berdaya. Termasuk pula seperti kata Pramoedya, dikenal dunia dan ambil bagian dalam proyek keabadian itu.

So, #ayomenulis.

Keramaian di salah satu booth Kompas Gramedia/dokpri
Keramaian di salah satu booth Kompas Gramedia/dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun