Mohon tunggu...
CH Hartanto
CH Hartanto Mohon Tunggu... -

Alumni Univ. Gadjah Mada, Yogyakarta. Project Officer pada Proyek Penyehatan Putra Bangsa dan Proyek Pangan "BERAU NUSANTARA MAKMUR"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Buruh Selalu Demo, Wajar....

1 Mei 2017   17:56 Diperbarui: 1 Mei 2017   18:09 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

SELAMAT HARI BURUH ...........

Buruh adalah golongan pekerja yang bekerja pada pihak lain, yaitu PENGUSAHA.  Ini dua sisi mata uang industrialisasi yang saling membutuhkan, dan saling melengkapi. Tetapi tidak bisa saling menggantikan.  Tetapi kenapa perjalanannya saling bertentangan, bahkan terkadang saling melemahkan.  Karena adanya pertentangan ini maka hadirlah pemerintah untuk mengatur  sekaligus sebagai wasit.  Bila demikian seharusnya kebersamaan ini bisa harmonis .... lah kok malah tidak, seringkali buruh demo memprotes kebijakan negara, atau menuntut peningkatan upah bahkan terkadang dilakukan juga "mogok kerja" biar pengusaha mau mengalah memenuhi tuntutannya. Dan sebaliknya bila keamanan, kenyamanan dan keuntungan  sudah tidak bisa didapat, kaum pengusaha akan menghentikan usahanya. Sekilas terlihat merugi, tapi dengan kecakapannya mereka bisa menghindarinya.

APA sih yang membuat antara pengusaha dan buruh selalu bertentangan ?  Jawabnya singkat BURUH BUTUH SEJAHTERA, PENGUSAHA BUTUH PROFIT.  

Kesejahteraan adalah tolok ukur bagi pribadi dalam menjalankan kehidupannya, kesejahteraan itu bertingkat- tingkat dan berbeda pribadi satu dan lainnya, walaupun itu sesama buruh misalnya. Dan tolok ukur kesejahteraanpun akan selalu meningkat dari tahun ke tahun, terlebih kalau ini disetarakan dengan nilai uang. Dalam ruang lingkup sesama pekerja atau butuh, masa kerja  juga dijadikan dasar untuk menuntuk perbedaan income.  Sementara bagi pengusaha pengeluaran untuk pekerja adalah biaya, dan bagi kaum pembisnis salah satu meningkatkan profit adalah mengurangi biaya.  Ya pantes aja kalau pekerja minta naik upah, si pengusaha pusing .......... 

Kita semua sebagai bangsa indonesia, putra putri ibu pertiwi tentunya tidak mau ini terus berlanjut .... mosok terus berjuang menuntuk kesejahteraan .... yang bener semestinya  terus berkarya meraih kesejahteraan. Nah bagaimana bila dasar pengusahaan di Indonesia adalah "KESEJAHTERAAN BERSAMA" antara pengusaha dan pekerjanya ? Bila bisa demikian, banyak cara untuk meraihnya ..... karena sejatinya antara pengusaha dan pekerja adalah beda pada tanggungjawabnya, pengusaha adalah menjaga kesinanbungan usaha, dan pekerja adalah menjaga gerakan dan aktifitas usaha. Dalam hal ini dua duanya sama-sama bekerja. Dan secara ekonomi semua berhak atas fasilitas berupa gaji, uang makan, dan tunjangan lain secara adil yaitu proporsional sesuai tanggungjawabnya. Dan du penghujung, semua yang terlibat berhak atas nilai tambah atau profit yang dihasilkan. Dan ini juga dilakukan secara proporsional. Dengan model pengusahaan yang demikian pemerintah hanya perlu membantu permodalan, mengatur perijinan, dan membangun pasar untuk menampung hasil produksi para pegusaha ini. Inilas sinergi yang harus terbangun agar basis "SOSIAL EKONOMI"  yang pergerakannya berazaskan kekeluargaan dapat mewujudkan kesejahteraan ...... cita-cita kemerdekaan mewujudkan masyarakat ADIL MAKMUR .... Wujud.

Tinggal sekarang bagaimana kita menterjemahksn secara teknis agar implementatif dan aplikatif.  Kolaborasi wawasan keagamaan, wawasan kebangsaan serta wawasan ekonomi baru akan menghasilkan model pengusahaan Indonesia yang berkesejahteraan  ..... inilah target kita wahai saudaraku ....

Jadi wajar bila kita kaum buruh dan pekerja terus berdemo, menuntut hak dasar kesejahteraan, .........

Mari kita tuntut terus pengusaha yang tidak peduli sama kesejahteraan buruh .....

Mari kita ramaikan terus pengusaha yang tidak berkeadilan ......

Mari kita protes terus pada penyelenggara negara yang tidak pro kesejahteraan kita ....

Kalau perlu jadilah kita pengusaha, untuk menggantikan mereka yang mengekploitir kita ....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun