 "gimana sih dek, jawab gituan aja nggak bisa, cupuu!", "mental tempe! Buat proposal seminggu masi salah", "mental tempe! lari 3 kali sudah lelah".
Pernah nggak, sih, kalian di bilang kayak gitu pada saat SMA dan membuat down sesaat? Nah, tapi jangan salah, siswa saat itu dapat  menyikapi dengan mencoba menjadi seseorang memiliki jiwa belajar tinggi dan dapat  percaya diri dalam menjawab pertanyaan.Â
Dengan adanya proposal yang salah siswa juga memiliki rasa untuk mencoba dan mecoba, tidak masalah jika ada kegagalan dalam suatu proses. Dan dapat menjadi remaja yang selalu melatih diri pantang menyerah dalam suatu kegiatan untuk pencapai suatu tujuan.
 Dengan demikian, dapat menjadikan seseorang yang disiplin dan tanggung jawab, lalu guru dapat mengapresiasikan dari keberhasilan siswanya dan siswa pun menjadi senang.
Pada penjelasan diatas dapat dihubungkan dengan teori belajar yang disampaikan oleh thorndike dan skinner. Pada teori thordike kita belajar dengan adanya interaksi stimulus dan respons, proses mecoba dan gagal, pentingnya belajar, dan belajar bersifat langsung. Adapun hukum thorndike, yaitu:
- Law of readiness, sesuatu yang berisfat kepuasan jika sesuatu tersebut sudah dipersiapkan dan sebaliknya.
- Law of exercise, sesuatu yang diulang maka akan kuat dalam ingatan atau perbuatan.
- Law of effect, sesuatu akan diperkuat jika membuat senang dan sebaliknya.
Kemudian, teori yang disampaikan oleh skinner kita belajar dengan adanya stimulus dan respons, tingkah laku, dan perasaan. Pada teori ini juga diterapkan reward dan punish pada suatu kegiatan.
Dapat disimpulkan mental tempe dapat hilang dengan adanya teori-teori belajar yang diterapkan oleh guru pada siswanya.
