Mohon tunggu...
Dwi Permata
Dwi Permata Mohon Tunggu... Freelancer - Nusantara Series

Semoga bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Menikah Harus Memiliki Anak?

22 April 2021   10:13 Diperbarui: 22 April 2021   12:06 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ketika seseorang sudah menikah memutuskan untuk tidak memiliki anak, pasti mereka punya alasan tersendiri yang harus bisa kita hargai tanpa mengomentari"

Bagi sebagian orang menikah dan memiliki anak adalah impian dalam hidupnya. Dengan menikah, memiliki anak hidup yang dijalani menjadi lebih berwarna dan bahagia dari kehidupan sebelum menikah. Namun, jika menikah dijadikan tujuan untuk punya anak sebenarnya salah besar.

Mengapa demikian?

Perlu diketahui menikah itu bukan hanya mengenai reproduksi dan punya anak. Beberapa pasangan ada yang menikah karena ingin menjalani kehidupan bersama dengan seseorang yang dicintai, menghargai sesama dan membangun cinta dalam rumah tangga agar tetap harmonis hingga tua nanti. Mempunyai keturunan memang tidak salah, tapi menjalin kedekatan emosional dengan pasangan itu penting, apalagi hidup bersama dengan pasangan dalam satu atap selamanya.

Bagi pasangan yang sudah menikah dan belum memiliki keturuan, akan terus dihantui oleh pertanyaan basa basi "kapan punya anak?", "kenapa belum punya anak?". Tapi harus diingat memiliki keturuan atau tidak merupakan suatu pilihan bukan suatu kewajiban. Istilah childfree mungkin bukan sesuatu yang asing lagi. Childfree adalah sebutan bagi pasangan yang secara sengaja untuk tidak mempunyai anak, baik anak kandung ataupun adopsi.

Menjalani kehidupan tanpa anak kini mulai banyak dipilih oleh beberapa pasangan, tentu itu menjadi hak pribadi yang harus dihormati. Namun tidak jarang beberapa orang pun bereaksi ketika pasangan childfree menunjukannya kepada masyarakat. Hidup sebagai masyarakat Indonesia tidaklah mudah, tiap hari kita dicekoki cerita ataupun opini yang bermacam-macam. Pada masyarakat kita hidup sebagai pasangan childfree adalah sesuatu hal yang tabu, sesuatu yang tidak bisa diterima dalam konteks agama ataupun kehidupan sosial. Ketika pasangan suami istri memutuskan untuk childfree keputusan mereka dianggap jelek bagi masyarakat, akan banyak ujaran-ujaran menghakimi, dianggap sangat egois hingga menolak rejeki yang diberikan oleh Tuhan.

Ketika suami istri memutuskan untuk childfree dianggap egois oleh masyarakat, benarkah seperti itu?

Bila dilihat dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) egois memiliki arti mementingkan dirinya sendiri, mengacu pada makna tersebut dan bila dikaitkan dengan childfree dapat disimpulkan bahwa pasangan childfree berarti mementingkan diri mereka sendiri. Tetap, setelah dipaparkan alasan memilih childfree mereka mengakui bahwa justru mereka ingin anak-anak kelak hidup makmur dan layak. Untuk sementara ini mereka merasa belum sanggup untuk memberikannya sehingga memutuskan untuk tidak membebani anak-anak mereka. Robert Reed, seorang sosiolog bahkan menyebutkan bahwa tidak ada studi empiris yang menunjukan bahwa pasangan childfree lebih egois dibandingkan pasangan yang memiliki anak. Sebuah penelitian di Amerika menyatakan bahwa keinginan childfree karena merasa tidak mampu untuk membesarkan anak dalam lingkungan yang tidak kondusif, misalnya tidak mampu secara finansial atau hidup negara dalam kondisi perang.

Menurut penganut childfree justru menjadi egois apabila memaksakan diri mempunyai anak pada saat kondisi belum mencukupi, tidak sesederhana ungkapan "Ah itu dipikirkan sambil berjalannya saja" atau "Rejeki anak sudah ada yang mengatur". Padahal membesarkan anak adalah sebuah tanggung jawab yang membutuhkan kesiapa finansial, mental dan emosional yang matang. Tidak ada satupun orang tua yang ingin anaknya tumbuh sebagai orang yang tidak terdidik atau hidup dengan tidak layak. Mereka memikirkan masa depan anak, mereka tidak tega mewariskan dunia yang rusak untuk anak-anak mereka.

Dalam padangangan masyarakat umum, pasangan childfree dilihat sebagai pasangan yang hidupnya hanya ingin bersenang-senang saja, bekerja untuk dirinya sendiri, pergi berlibur dan berbelanja untuk barang mereka saja. Pasangan childfree nyaris tidak mungkin bisa lepas dari stigma masyarakat, meskipun sudah menunjukan penelitian yang valid sekalipun. Norma masyarakat masih menilai bahwa childfree adalah sesuatu yang tidak biasa. Satu-satunya yang bisa dilakuan adalah mengontrol diri agar tidak menjadi emosi, jika mendengar komentar-komentar negative. Dan tidak perlu juga membahas kepada orang lain bahwa pasangan yang memiliki anak adalah egois. Selain itu, tidak perlu meyakinkan kepada orang lain bahwa keputusan menjadi childfree adalah suatu yang benar dan tepat.

Tidak baik rasanya bila menghakimi pasangan childfree

Tidak adil rasanya bila mencibir pasangan yang memiliki pemikiran yang berbeda

Sudah saatnya kita berdamai dengan orang-orang yang memiliki pemikiran yang berbeda. Jangan saling mencemooh karena terisi ilusi budaya patriarki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun