Mohon tunggu...
Sumire Chan
Sumire Chan Mohon Tunggu... Guru - www.rumpunsemesta.wordpress.com

Pengajar dan Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Waktu dan Penggugur Rindu

18 Januari 2022   05:28 Diperbarui: 18 Januari 2022   05:34 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : piqsels

Sejak kecil, Andi sudah jatuh cinta berkali-kali tanpa terkecuali. Beberapa nama seperi Rani, Stella, sampai dengan Rusita pernah mematut palung hatinya. Tak tanggung-tanggung, jika Andi sudah merasa jatuh hati membuat wajahnya kian berseri. Setiap hari baginya adalah keindahan untuk memperbaiki diri demi kekasih hati. Tapi tidak dengan kali ini. Andi begitu menyayangi Sindi.  Pepatah mengatakan, sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya terjatuh juga. "Tapi, Andi bukanlah tupai, Andi lelaki yang baik hati", kata Sindi dengan muka muram penuh perasaan bersalah.

"Kalau begitu, kenapa kamu mengakhiri hubungan dengannya?" Rio menimpali. "Dia terlalu baik! Itu saja! Karenanya aku tak suka hal yang baik. Aku lebih suka semuanya seimbang. Bukankah setiap manusia terlahir dengan sisi terpuji juga tercaci!" Sindi mulai menyahut dengan jawaban panjang kemudian pergi, berlari. Seketika Rio berteriak, "Hey Sin, asal kamu tahu, apa yang Andi lakukan merupakan caranya memaknai kerinduan untukmu! Untukmu Sin! Suara Andi meninggi,  sementara itu Sindi tetap tak menoleh.

Kisah yang terjadi adalah Andi terlalu menyukai Sindi dibandingkan dengan risalah-risalah hatinya yang lalu. Sindilah pemenangnya. Memang bukan akal-akalan, selain cantik Sindi juga berwawasan. Rupanya, tiga tahun yang lalu Sindi mendapatkan beasiswa keluar negeri. Dengan sabar hati setiap hari Andi menunggu kepulangan Sindi dengan jutaan rindu. Tahun pertama, Sindi masih rajin berbagi kabar. Dua tahun berikutnya, Sindi tak bisa dihubungi sampai suatu hari Sindi mengirimkan kabar jika di Sydney dia telah merangkul sebuah hati kembali. Pada Andi ia berpesan untuk tak mengingatnya lagi baik dalam mimpi maupun hari yang dilalui. Andi terlalu mencintai Sindi hingga suatu kali ia memutuskan untuk mengambil tali, mengakhiri hidupnya di kebun yang sepi. Andi begitu merindukan Sindi. Mimpi-mimpi Andi hangus. Mimpi -mimpi Andi untuk menikahi Sindi setelah selesai study sudah punah. Padahal rindunya begitu bergelambir. Andi tak kuat. Karenanya ia memilih menggugurkan rindunya dengan satu kata "mati". Itulah yang tertulis pada pohon untuk menggantungkan tali guna dibelitkan di leher. Hingga hari ini barulah diketahui alasan Andi untuk kepergian yang tak kembali. Rasanya masih teringat senyum manis yang melekat pada dirinya. Waktu selalu jadi jawaban setiap kegelisahan. Kini, Andi tak pernah kembali. Kini, Andi tak pernah merindu lagi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun