Mohon tunggu...
Sumire Chan
Sumire Chan Mohon Tunggu... Guru - www.rumpunsemesta.wordpress.com

Pengajar dan Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

E-mail untuk Ayah

8 Januari 2021   20:57 Diperbarui: 8 Januari 2021   21:04 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ibu bilang, ibu hanya menikah siri dengan almarhum. Sebab itu, ibu tidak bisa menuntut apa-apa. Surat kawin saja tidak punya. Saksi-saksi yang menikahkan juga tidak aja. Begitulah kata ibu. Kini ibu sibuk berjualan dengan menggendong adikku yang mungil. Kuketahui, pada sebuah pasar Kosambi setiap hari ibu menjaga kios kelontongnya. Begitulah ayah, aku benar-benar banyak belajar. Tentang kemuliaan hatimu, kesabaranmu juga tentang rasa tamak dan hawa nafsu.

Ah ayah, rupanya itu hanya sekelumit cerita tentang ibu yang selalu merasa diduakan dengan pekerjaanmu. Mantan istrimu yang dulu sangat kau cintai. Kembali ke tujuan utamaku mengirim email ini. Kepergianmu ke Italy  yang menjadikanmu terisolasi itu membawa banyak perubahan besar. Italy menjadi salah satu negara dengan tingkat kematian atas corona yang tinggi. Begitupun dengan negara asalmu. Setelah sekolah-sekolah dan Perguruan tinggi diliburkan. Aku banyak menghabis kan waktu di kamar. Bagi seorang introvert sepertiku, ini tentu menjadi kenyamanan tersendiri. Aku bisa menggali segala hal yang mungkin bagi seorang ekstrovert ini begitu menyebalkan. Di lantai rumah ini aku berkenalan dengannya ayah. 

Dalam sebuah aplikasi ojek online aku mengatahui namanya. Setelah pertemuan pertama berlanjut menjadi pertemuan kedua, tiga, empat dan selanjutnya. Bisa kau bayangkan, aku sungguh mencintainya ayah. Mungkin bagimu perkenalanku singkat. Selama tiga bulan ayah di Italy. Selama itu pula aku jatuh cinta padanya. Di hari pertama engkau pergi, di hari itu pula aku mulai jatuh hati. Lalu, bulan depan katanya, ia ingin menikahiku. Dengan senang hati aku langsung menjawab iya tanpa persetujuanmu. Sebab, dulu telah kupikirkan kemungkinan terburuk darimu. Terkurung di negeri orang dengan kondisi pandemi yang luar biasa. Aku sudah sangat putus harapan.

Lelaki itu hampir saja jatuh dari kursinya. Sebelum melanjutkan membaca lebih jauh, ia merebahkan diri dalam sebuah kasur menuju kamar pribadinya dengan langkah tertatih. Ia menghela nafas panjang, seakan tak mempercayai dengan semua hal yang ada di surat elektronik itu. Beberapa kali ia menggelengkan kepala. Tak percaya. Mengusap-ngusap wajah dengan geraman kecil. Mungkin saja jika bukan dalam sebuah apartement ia ingin teriak kemudian berlari kencang. Tak lama ia kembali menatap layar handphonenya.

Ayahku yang baik hatinya,

Dari banyak kejadian kita banyak belajar. Maafkan anakmu ini. Kuputuskan, aku akan mengikuti jejak ibu. Menikah siri dengannya adalah cara dan pilihan terbaik dengan situasi dan kondisi saat ini. Mungkin ini juga akan sedikit membuatmu kaget. Pria yang kucintai dan hendak menikahiku itu, umurnya tak jauh berbeda denganmu. Mungkin bagi sebagian orang dia sudah agak tua. Tapi bagiku, yang mana orang-orang sekitarku juga sering mencelakau dengan sebutan perawan tua tentu itu bukanlah sebuah masalah besar. Bagiku ini adalah pertolongan Tuhan. Aku yakin dia adalah pasangan terbaik yang Tuhan kirimkan untukku. Ini adalah jawaban dari doa-doaku selama ini.

Dia sangat ramah. Nanti kalau ayah bertemu dengannya aku yakin ayah akan sangat menyukainya. Atau paling tidak ayah juga bisa berbisnis dengannya. Kuberitahu sekarang dia seorang pebisnis yang handal. Pekerjaan sebagai driver online hanya sebatas mengisi waktu kosong dan kejenuhannya. Pekerjaan utamanya adalah pemasok ganja paling luas di negeri kita. Selain itu, dia juga seorang seniman yang sangat luwes. Kuketahui dari gambar tato di tubuhnya. Pada punggungnnya nampak tato seorang perempuan bersayap, sebuah tato bunga pada lenganya. Lehernya juga dipenuhi dengan gambar-gambar abstrak yang mana aku belum bisa mencernanya dengan baik. Begitu pula dengan tindikan di telinga, hidung, bibir, juga di kuku kelingkingnya. Semua nampak begitu artistik, bernilai seni tinggi untukku yang seorang awam ini. Aku benar-benar sangat memujanya.

Istrinya juga tidak berkeberatan dengan kehadiranku. Ia bahkan mengucap banyak terima kasih. Dia berjanji untuk mengurus segala hal keperluannku juga pernikahannku dengan suaminya itu. Semua ia lakukan demi mendapatkan seorang anak yang sempurna. Ketiga anaknya yang telah lahir semuanya cacat fisik. Ia pikir, mungkin karena ia juga tidak memiliki fisik yang sempurna. Makanya ketika istrinya mengetahui hubungan kami. Ia malah terkesan senang sekali.

Aku benar-benar sangat terpesona dengannya. Dia juga sangat menyayangiku. Istrinya saja diberi modal untuk menjadi seorang rentenir. Begitu pula dengan kehidupanku nanti, sehingga ayah tidak perlu khawatir dengan keadaan ekonomi kita nanti.

 

Ayah sayang...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun