Dunia berduka atas kepergian pemimpin umat Katolik sekaligus Kepala Negara Vatikan, Paus Fransiskus, yang meninggal dunia pada Senin pagi (21/4) waktu setempat di kediamannya di Casa Santa Marta, Vatikan, Roma. Paus wafat dalam usia 88 tahun setelah beberapa waktu terakhir mengalami kondisi kesehatan yang memburuk.
Kabar duka ini disampaikan langsung oleh Kardinal Kevin Joseph Farrell melalui siaran resmi Vatican TV. "Dengan kesedihan mendalam, saya mengumumkan bahwa Uskup Roma, Bapa Suci Paus Fransiskus, telah kembali ke rumah Bapa pada pukul 07.35 pagi ini," ucapnya.
Paus Fransiskus diketahui sempat menjalani perawatan intensif pada Februari lalu karena menderita pneumonia yang menyerang kedua paru-parunya. Ia sempat dirawat di Rumah Sakit Gemelli, Roma, dan keluar pada 23 Maret setelah kondisinya membaik. Meski demikian, riwayat kesehatannya yang rentan akibat pengangkatan sebagian paru-paru sejak muda membuatnya kembali jatuh sakit.
Yang membuat kepergiannya begitu mengagetkan adalah karena sehari sebelum wafat, Paus Fransiskus masih muncul di hadapan publik di Lapangan Santo Petrus untuk memberikan ucapan Selamat Paskah kepada ribuan umat Katolik. Dalam kesempatan itu pula, ia menyampaikan pesan perdamaiannya yang menjadi pidato terakhirnya.
Dalam pesan yang dibacakan oleh ajudannya, Paus Fransiskus menegaskan bahwa "Tidak ada perdamaian tanpa kebebasan beragama, berpikir, dan berekspresi." Ia juga menyinggung penderitaan rakyat Gaza, umat Kristen di tengah konflik, serta mengkritik meningkatnya antisemitisme dan penderitaan rakyat akibat perang---termasuk seruannya untuk gencatan senjata di Palestina-Israel dan perdamaian yang adil di Ukraina.
"Kita haus akan kematian, haus akan pembunuhan dalam berbagai konflik dunia," ujar Paus dalam pesan Paskahnya yang penuh keprihatinan dan harapan damai.
Ucapan belasungkawa datang dari berbagai pemimpin dunia. Perdana Menteri Italia, Giorgia Meloni, menyampaikan kesedihannya atas kepergian Paus. "Ajarannya tidak akan pernah hilang. Dunia kehilangan pemimpin spiritual besar yang senantiasa menyerukan kasih dan perlindungan terhadap sesama," ungkapnya.
Di Indonesia sendiri, kenangan akan Paus Fransiskus masih hangat. Tahun lalu, ia sempat melakukan kunjungan bersejarah ke Indonesia dan disambut dengan antusiasme besar dari umat Katolik maupun masyarakat luas.
Kini, dunia mengenang sosok Paus Fransiskus sebagai pribadi yang rendah hati, dekat dengan kaum miskin dan terpinggirkan, serta seorang pemimpin rohani yang senantiasa menyerukan perdamaian di tengah dunia yang dilanda konflik.