Mohon tunggu...
Sosbud Pilihan

Budaya Populer Milenial Muslim

14 Maret 2019   08:54 Diperbarui: 14 Maret 2019   09:09 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dewasa ini kaum milenial muslim sudah terbiasa untuk tidak jauh dari gadget atau smartphone miliknya. Sedikit-sedikit melihat layar handphone entah untuk melihat notifikasi pesan, notifikasi berita, melihat jam, atau sekedar menghabiskan waktu luang. 

Aplikasi yang pasti ada pada smartphone mereka tentunya adalah aplikasi media sosial dan juga internet browser. Tak jarang kedua macam aplikasi ini menjadi ujung tombak mereka dalam mencari informasi yang mereka butuhkan. 

Saat ini arus informasi di era keterbukaan, era teknologi ini sangat cepat sekali sehingga jika kita tertinggal suatu berita  maka kita akan di cap  kurang up to date. 

Kadang up to date pun dampaknya juga tidak baik. Apalagi segala sesuatu yang secara cepat kita dapatkan lalu kita sebarkan kepada teman lain secara cepat pula belum tentu informasi tersebut benar. Bahkan bisa jadi memicu konflik horizontal yang akan berdampak pada persatuan kesatuan bangsa.

Saat ini trend milenial khususnya muslim secara tidak disadari preferensi terhadap penggalian informasi masih rendah. Kita seringkali mudah mendapatkan informasi yang tidak kita duga sebelumnya. 

Apa yang tidak kita cari kadang informasi tersebut selalu saja sampai ke gadget yang kita pegang. Kadang unggahan di Instagram, broadcast di grup Whatsapp, informasinya sedang tidak kita cari atau kita harapkan akan tetapi informasi tersebut tiba-tiba saja ada dan menarik atau merupakan hal yang baru bagi kita. 

Karena itu karena antusiasnya kita, kita hanya terpaku pada informasi yang kita terima pada saat itu tanpa mencari informasi lain yang sejenis. Seperti yang sedang marak saat ini adalah konten-konten terkait agama. Berbeda saat zaman dahulu, santri harus menuntut ilmu dalam waktu yang cukup lama untuk menjadi seorang ustadz atau kyai karena ilmu yang diajarkan pun bukan sembarang ilmu. 

Saat sekarang milenial tak perlu banyak waktu untuk menjadi kyai atau ustadz, tinggal sediakan handphone di tangan serta koneksi jaringan internet maka kita bisa mempersingkat waktu untuk menjadi seorang ustadz kilat/kyai kilat. 

Fenomena menuntut ilmu agama dalam waktu singkat ini mungkin memiliki korelasi dengan pendalaman agama saat kita bersekolah dari jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah atas (bukan madrasah), mata pelajaran dipelajari hanya sebagai formalitas semata, sehingga penggalian mendalam akan suatu ilmu dibatasi oleh target waktu yang harus segera dikejar, selain itu pada saat momen bulan ramadhan sering diadakan kegiatan pesantren kilat, sehingga saat itu kita hanya mendalami fenomena yang terjadi saat itu (baca:puasa) dan diulang-ulang dari tahun ke tahun. 

Sehingga pemikiran milenial muslim tidak berkembang karena keterbatasan waktu dan kegiatan tersebut dipandang sebagai formalitas semata atau ikut-ikutan karena bulan ramadhan. 

Segala informasi terkait keislaman saat ini menjadi hal yang menarik bagi milenial muslim seperti gagasan Politik Islam yang mulai mengemuka sejak aksi 212, lalu fenomena hijrah, Perang di Palestina membuat milenial muslim sekarang terdorong untuk melakukan wujud simpati terhadap gagasan tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun