Setiap penulis punya gaya dan cara tersendiri sebelum mulai menulis. Setiap penulis juga punya jalan keluar masing-masing saat menghadapi kebuntuan. Ada 1001 cara yang berbeda, dan semua sah-sah saja dipilih dan dilakukan. Kalau tidak salah banyak buku tentang tips dan trik menulis asyik he he he. Toh sebenarnya bukan itu yang terpenting bagi seorang penulis. Hal utama yang diharapkan adalah hasil tulisannya. Tulisan yang akan menemukan pembacanya.
Sebagai penulis, pernah membayangkan tempat yang nyaman, seperti sebuah ruang dengan jendela, yang dari sana bisa melihat kebun dengan bunga warna-warni sedang mekar. Ada kumbang dan kupu-kupu yang beterbangan dari pucuk satu ke pucuk lainnya. Dari tempat menulis itu terdengar pula suara burung dan gemericik air sungai yang mengalir.
Sebagai penulis, pernah juga terbersit dihampiri sang istri yang membawakan minuman hangat seperti digambarkan dalam film Hamka.Â
Jadi, banyak hal dari sekitar penulis yang diharapkan mendukung sebagai sesuatu yang ideal.Â
Namun bagaimana bila kenyataannya lingkungan sekitar penulis tidak seperti yang dibayangkan. Tidak ideal.Â
Ya tidak apa-apa juga. Apa pun yang tersaji, tulisan harus tetap selesai saat deadline telah sampai finish.
Ritualku Saat Hendak Menulis.
Yaa...hal-hal ideal itu kerap terbersit andai dapat menulis dengan dukungan lingkungan sekitar yang indah dan penuh ketenangan, pastinya akan menjadi nilai tersendiri bagi hidup seorang penulis. Tapi, karena kebiasaan menulis telah berlangsung sejak zaman ngekos, jadinya apa pun situasi dan kondisi yang ada harus dapat dinikmati dalam proses menulis. Apalagi sebagai freelancer, jelas tidak melakukan aktivitas di sebuah ruang kantor sebagaimana dilakukan banyak penulis lain.Â
Enaknya freelancer bisa menulis di mana saja, di rumah, di cafe, di kebun, di kamar hotel, di warung kopi, dan banyak tempat yang bisa dijadikan tempat menulis. Dari sekian banyak tempat itu, menulis di rumah mendominasi. Sesekali barulah keluar untuk mencari suasana baru.
Karena kerap menulis di rumah, ada kebiasaan yang seperti telah menjadi sebuah ritual. Meski tidak selalu begitu adanya. Untuk menciptakan suasana yang nyaman, biasanya sebelum memulai nulis, terlebih dahulu melakukan aktivitas bersih-bersih ruangan atau rumah. Mulai dari membersihkan debu-debu liar yang menempel, menyapu, hingga mengepel. Aktivitas itu biasanya menjadikan tubuh berkeringat. Usai beres-beres, sambil menunggu keringat mengering, hal paling penting untuk dilakukan adalah menyeduh kopi tubruk. Ya, kopi favoritku adalah kopi tubruk. Bukan kopi kekinian yang cenderung lebih encer dan bening itu. Setelah kopi jadi, barulah mandi. Hasilnya badan jadi segar.