Mohon tunggu...
Chamelia Dwi Angelina
Chamelia Dwi Angelina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ( 20107030010)

Vagabond on Vacation

Selanjutnya

Tutup

Trip

Detail Rute, Kondisi Medan, Dan Jalur Pendakian Gunung Lawu via Cemoro Sewu

19 Juni 2021   12:25 Diperbarui: 27 Juni 2021   14:47 4684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pos 4 via Cemoro Sewu @dokpri

Gunung Lawu menjadi salah satu gunung di Pulau Jawa yang sering menjadi lokasi kegiatan pendakian. Gunung Lawu terletak di antara tiga kabupaten yaitu Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Kabupaten Ngawi, dan Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Status gunung ini yaitu sedang istirahat dan telah lama tidak aktif . Tercatat, Gunung Lawu terakhir kali erupsi pada 28 November 1885. Gunung Lawu merupakan sumber inspirasi dari nama kereta api Argo Lawu, kereta api eksekutif yang melayani Solo Balapan-Gambir.

      Gunung Lawu memiliki tiga puncak, yakni Hargo Dalem, Hargo Dumiling, dan puncak tertinggi bernama Hargo Dumilah. Disekitaran Puncak Gunung Lawu terdapat warung yang tidak asing bagi para pendaki. Yaitu Warung  Pecel Mbok Yem yang mana disebut tertinggi di Indonesia. Mengingat ketinggian Gunung Lawu sendiri 3264 Mdpl. Jadi para pendaki tidak perlu panik jika merasa lapar.

Pendakian standar Gunung Lawu dapat menggunakan jalu via Cemorokandang di Tawangmangu, Candi Cetho di Karanganyar, Jawa Tengah, Cemorosewu di Sarangan, Jawa Timur, dan Singolangu Kecamatan Plaosan , Magetan, Jawa Timur.

      Jalur pendakian melalui Cemorosewu lebih curam jika dibandingkan dengan jalur lainnya. Walaupun demikian, waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke puncak lebih singkat. Estimasi pendakian via jalur ini diperkirakan 7-9 Jam. Jalur pendakian ini juga cukup tertata dengan baik karena medannya terbuat dari batu-batuan yang sudah ditata. Pada jalur ini, para pendaki akan melalui lima pos dan dua sumber mata air. Awal perjalanan jalur ditumbuhi oleh pohon-pohon Cemara, karena banyaknya pohon Cemara yang tumbuh maka daerah ini dinamai Cemoro Sewu (Seribu Cemara).

Pendaki akan melalui sumber air bernama Sendang Panguripan yang terletak di antara Cemorosewu dan pos 1. Pendaki kemudian melanjutkan pendakian hingga melewati pos 2 dimana disini masih terdapat warung utuk tempat istirahat para pendaki . Menuju pos 3 terdapat batu-batuan dengan kemiringan yang cukup tajam. Pendaki dapat menemukan tempat keramat yakni Watu Jago, sebuah batu besar yang bentuknya menyerupai ayam jago. Kemudian sampai pada pos 3, disini juga masih terdapat warung sebelum tikungan dan juga masih dijumpai banyak para pendaki yang beristirahat . Jalur pendakian setelah pos 3 hingga pos 4 sudah berupa tangga yang terbuat dari batu alam. Ketika sampai di pos 4, pendaki akan disuguhi pemandangan Telaga Sarangan dari kejauhan.

 Para pendaki juga dapat menikmati pemandangan sunrise ataupun sunset mulai dari Pos 4 . Jalur pendakian dari pos 4 menuju pos 5 sudah tidak lagi securam jalur menuju pos-pos sebelumnya, dan disepanjang perjalanan para pendaki akan disuguhi pemandangan lautan awan apabila cuaca sedang cerah. Setelah pos 5, pendaki dapat menemukan sumber air Sendang Drajat dan para pendaki bisa mendirikan tenda disekitar sabana. Untuk  jalur pendakian melalui Cemorosewu ini, tidak direkomendasikan bagi pemula yang ingin mendaki di malam hari.

     Sebelum mendaki ada beberapa pantangan yang harus diketahui para pendaki dan mitos yang harus dihormati. Mulai dari para pendaki dihimbau untuk tidak menyalakan api unggun , dikarenakan untuk menghindari terjadinya rambatan api kemudian terjadi kebakaran. Lalu dilarang memetik bunga edelweiss .

Sebenarnya aktivitas apapun harus didahului dengan niat baik, namun untuk pendakian di Gunung Lawu harus benar-benar tidak memiliki niat buruk . Agar tidak ada halangan suatu apapun. Jangan terlalu berambisi hingga melupakan teman untuk mencapai puncak Gunung Lawu karena sejatinya puncak hanyalah bonus, selamat sampai rumah kembali adalah tujuan utama. Mendaki gunung sebenarnya ialah bentuk laku spiritual bukan hanya sekedar tempat wisata yang cantik untuk di pamerkan di media sosial.

Larangan selanjutnya yang tidak tertulis saat mendaki Gunung Lawu dilarang sambat atau mengeluh. Pendaki tidak boleh mengeluh lelah, dingin, dan lain-lain, hal itu agar pendaki menikmati proses pendakian hingga puncak. Hal itu juga  supaya para pendaki mensugesti diriuntuk tidak menyerah , karena yang lelah bukan hanya satu orang melainkan teman-teman yang lain juga.

Terakhir, pendaki tidak boleh mengenakan pakaian berwarna hijau . Karena hijau menyerupai dedaunan. Mitos ini sudah ada sejak dulu.  Hal ini terkait tentang Ratu Kidul si penguasa Pantai Selatan yang konon menyukai warna hijau. Sehingga, pendaki yang mengenakan baju hijau mungkin akan diculik olehnya. Sebenarnya masih dapat didasari logika, mengapa para pendaki dilarang memakai pakaian warna hijau .Maka para pendaki akan menyerupai dedaunan,jadilah saat terpisah dari rombongan akan susah ditemukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun