Mohon tunggu...
chalen vito nanda
chalen vito nanda Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

seputar dunia pertanian

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Manajemen Pruning Kelapa Sawit untuk Memaksimalkan Produksi

21 November 2022   21:14 Diperbarui: 22 Desember 2022   15:52 2692
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proses Pruning Pelepah Kelapa Sawit. Sumber  Gambar: Heru Anggara | Dreamstime.com 

Indonesia merupakan salah satu produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Indonesia telah memproduksi 50% dari total produksi dunia pada tahun 2021. Peningkatan jumlah produksi kelapa sawit dapat ditinjau dari peningkatan jumlah konsumsi minyak kelapa sawit di Indonesia. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mencatat, konsumsi minyak sawit di Indonesia sebesar 18,5 juta ton pada 2021. Jumlah tersebut meningkat 6,63% dari tahun sebelumnya sebesar 17,35 juta ton dan menjadi terbesar sejak 2015. Namun, saat ini Indonesia masih belum bisa mempertahankan produksi tersebut dan mengalami penurunan produksi.

Permasalahan yang menyebabkan penurunan hasil tiap luas lahan kelapa sawit adalah kurang tepatnya pemeliharaan dan pengelolaan kelapa sawit, serta kurang efektifnya pelaksanaan panen dan pengangkutan hasil panen. Salah satu kegiatan pemeliharaan yang mempengaruhi tingkat produktivitas tanaman kelapa sawit yaitu pemangkasan pelepah kelapa sawit/pruning. Pruning merupakan upaya untuk mengatur jumlah pelepah yang perlu dipertahankan dan tetap berada pada tanaman. Pemangkasan/pruning terbagi menjadi dua jenis yaitu pruning program dan juga pruning progresif. Kegiatan pruning program dilakukan dalam jangka waktu 9 bulan sekali dengan tujuan untuk memangkas pelepah yang tidak produktif dan membantu saat proses pemanenan. Sedangkan pruning progresif ini dilakukan pada saat panen dimana pemangkasan pelepah hanya dilakukan pada pelepah yang menyanggah janjangan atau tandan buah segar (TBS) saja, sehingga pelepah yang tidak produktif dan tidak dalam keadaan penyanggah buah dibiarkan tidak dipotong.

Pahan (2012) menyatakan bahwa jumlah pelepah yang optimum untuk mendapatkan produksi maksimum yaitu 48 - 56 pelepah pada tanaman kelapa sawit umur muda atau berumur kurang dari 8 tahun, dan 40 - 48 pelepah pada tanaman kelapa sawit tua atau lebih dari 8 tahun. Tanaman yang mempunyai jumlah < 40 pelepah tiap pohon, dapat merangsang terbentuknya bunga jantan lebih banyak, begitu juga sebaliknya. Apabila jumlah pelepah > 56 per pohon, dapat menyebabkan timbulnya busuk tandan dan menyulitkan saat panen. Selain itu, peningkatan jumlah produksi minyak kelapa sawit membuat tenaga kerja yang dibutuhkan dalam memproduksi tanaman kelapa sawit semakin tinggi. Sedangkan tenaga kerja pada kebun kelapa sawit di Indonesia masih terbilang sedikit, terutama tenaga kerja untuk melakukan kegiatan pruning. Nu'man dkk. (2009) menyatakan bahwa jumlah tenaga kerja kelapa sawit yang berada di lapang pada luasan lahan 1866.63 ha membutuhkan sekitar 234 orang, terdiri atas tenaga kerja pemanenan 75 orang, tenaga kerja pemeliharaan 140 orang, dan pemuat buah 19 orang.

Saat ini, kondisi keahlian pruning di Indonesia masih terbilang belum cukup memadai. Hal ini dikarenakan pada sektor kelapa sawit dihitung dari tahun ke tahun banyak buruh kelapa sawit yang mengundurkan diri. Demi meningkatkan produktivitas kelapa sawit maka perlu adanya inovasi terkait manajemen tenaga kerja pruning kelapa sawit. Inovasi yang dapat dilakukan yaitu mengadakan perekrutan pegawai. Dalam perekrutan pegawai perlu melaksanakan tahap magang dan diberikan sosialisasi untuk mendapatkan bimbingan serta mempelajari pelaksanaan panen dan pruning. Tenaga kerja dalam melakukan kegiatan pruning/pemangkasan harus telah melalui simulasi, pengawasan ketat dan penggunaan peralatan yang tepat.

Terdapat beberapa ketentuan yang harus dilaksanakan dalam melakukan pruning pada suatu kebun kelapa sawit antara lain tenaga kerja pruning harus terlatih dan tidak boleh diganti-ganti dengan orang yang belum terbiasa melakukan pruning. Tenaga cadangan dibutuhkan bila salah seorang pruning inti sakit/absen. Tenaga kerja pruning cadangan berasal dari tenaga yang sudah terbiasa melakukan pruning atau pemangkasan. Pruning dilakukan dengan tetap mengacu pada prinsip dasar jumlah pelepah produktif yang masih harus dipertahankan sesuai ketentuan (leaf area index) pelepah yang harus dipertahankan berdasarkan umur tanaman. Selain itu SDM yang bekerja juga memerlukan alat yang tepat untuk melakukan proses pruning sawit.

Pada umumnya, alat yang digunakan untuk memangkas pelepah kelapa sawit menggunakan alat manual dan menggunakan tenaga manusia, alat berupa dodos digunakan untuk pohon kelapa sawit dengan berusia 1-4 tahun dan untuk kelapa sawit berumur 5-20 tahun menggunakan sabit dikarenakan tinggi pohon berkisar 6-7 meter. Alat yang digunakan tersebut membutuhkan waktu cukup lama dalam proses pemangkasan pelepah sawit, sehingga perlu adanya teknologi untuk mempermudah dalam proses pruning sawit.

Salah satu teknologi dalam melakukan proses pemangkasan kelapa sawit yaitu dapat menggunakan mesin pruning pelepah kelapa sawit dengan mekanisme sistem penggerak eksentrik menggunakan Camshaft. Teknik dalam mesin ini terbagi dua jenis lengan mata potong, yaitu mata potong dengan panjang1 meter dan mata potong dengan panjang 3 meter yang telah dilengkapi dengan mata potong putar dan mata potong egrek. Hal ini bertujuan untuk menyesuaikan dengan tinggi pohon kelapa sawit, dan mempercepat proses pemangkasan pelepah kelapa sawit. Mesin pruning ini menggunakan motor bakar sebagai sistem penggerak. Cara kerja mesin ini yaitu memanfaatkan alat pegas yang diganti dengan pegas tarik, sehingga saat proses pemotongan pada pelepah kelapa sawit menggunakan mata potong egrek akan lebih maksimal.

Mesin Pruning . Sumber Gambar: https://alimangroup.wordpress.com/
Mesin Pruning . Sumber Gambar: https://alimangroup.wordpress.com/

Penulis: Chalen V. Nanda, Achmad Chaqiqotul, Viola A. Putri, Muhammad A. Hussein, Taruna A. Bhakti, Nurvitta P. A. Iriawati, dan Sundahri

Korespondensi : sundahri.faperta@unej.ac.id

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun