Mohon tunggu...
Chairil Rizki
Chairil Rizki Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Masa Kecilku

11 Juli 2018   00:40 Diperbarui: 11 Juli 2018   00:42 2144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku rindu masa-masa kecil dulu. Masa-masa yang telah lama aku tinggalkan. Masa kecil yang penuh kenangan, menyenangkan, karena yang menyakitkan tak pernah mau ku kenang, atau memang sebenarnya tak ada yang menyakitkan. 

Ah... bagi ku sekarang, semua kisah masa kecil dulu menyenangkan. Setelah menonton TV kegiatanku biasanya bermain, sendiri atau bersama teman. Jika sendirian, aku bermain bongkar pasang. 

Kadang membuat rumah-rumahan dari tanah atau batu atau bantal-guling. Kadang bermain masak-masakan dari pelepah pisang dan membuat kue dari campuran tanah dan air, kemudian dipanggang alias dijemur di bawah terik matahari hingga kering. Berbagai bentuk dan macam kue berhasil kuciptakan, hanya bermodal air dan tanah, kreatif bukan?! Ah... andai laku dijual, sudah jadi juragan kue aku sekarang.

Hampir tiap hari, aku bermain dengan teman-teman kampungku. Mereka ada banyak sekali. Kadang mereka membuatku tertawa, kadang menangis. Tapi semuanya bagiku indah, semua yang aku lakukan bersama teman-teman kampungku.

Kami punya tempat-tempat favorit untuk bermain. Kami biasa bermain petak umpet, gobak sodor, kasti, beteng, atau patung-patungan di tanah lapang yang terhampar di depan rumah teman-teman kampungku. 

Semuanya seru, apalagi kalau sudah main kasti, Bapak-bapak dan Ibu-ibu penonton menyoraki dan kadang tertawa terbahak-bahak melihat aksi kami. Sejatinya, permainan kasti adalah memukul bola yang dilempar lawan sejauh-jauhnya, tapi yang kami lakukan adalah melempar pemukul sejauh-jauhnya. 

Begitulah, permainan itu tak pernah serius, tapi cukup untuk memuaskan hati kami. Setidaknya kami pernah mencoba permainan Jepang itu, meski acak-kadut kami tak peduli, yang penting semuanya Happy.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun