Mohon tunggu...
Chaerol Riezal
Chaerol Riezal Mohon Tunggu... Sejarawan - Chaerol Riezal

Lulusan Program Studi Pendidikan Sejarah (S1) Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Program Studi Magister Pendidikan Sejarah (S2) Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan saat ini sedang menempuh Program Studi Doktor Pendidikan Sejarah (S3) Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang hobinya membaca, menulis, mempelajari berbagai sejarah, budaya, politik, sosial kemasyarakatan dan isu-isu terkini. Miliki blog pribadi; http://chaerolriezal.blogspot.co.id/. Bisa dihubungi lewat email: chaerolriezal@gmail.com atau sosial media.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jalan Sunyi Pocut Meurah Pupok (Bagian Pertama)

15 Mei 2020   20:18 Diperbarui: 18 Mei 2020   04:23 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pocut Meurah Pupok (republika.co.id)

Selanjutnya kita akan disambut oleh kuburan dan batu nisan yang bertuliskan nama Mayor Jenderal Kohler; panglima perang tertinggi Belanda. Setelah itu, kita akan disuguhkan oleh pemandangan ribuan simbol-simbol kuburan berbau Belanda, China, Kristen, dan Islam yang tersebar luas di dalam Kerkhof. Tak ayal, lebih dari 2.200 serdadu Belanda dikebumikan di Kerkhof.

Makam Serdadu Belanda di Kerkhof
Makam Serdadu Belanda di Kerkhof

Tentu saja, masih banyak hal lain yang dapat menggambarkan tentang Kerkhof. Jadi apabila suatu hari nanti Anda punya kesempatan untuk berkunjung ke Banda Aceh, cobalah datang ke Kerkhof, maka Anda akan mendapatkan gambaran seutuhnya tentang Kerkhof dan tidak terkecuali Pocut Meurah Pupok.

Kerkhof, meski telah dipercantik sedemikian rupa dan dimanjakan oleh pemandangan yang bagus, tetap saja Kerkhof sepi dan sunyi. Hal ini sangat kontras dengan Museum Tsunami Aceh, dimana setiap harinya para pengunjung membludak.

Padahal, Anda tahu, jarak antara Kerkhof dan Museum Tsunami hanya terpisah oleh beberapa meter saja, sangat berdekatan, dan bertetangga. 

Bahkan Kerkhof juga bisa disaksikan dan dilihat langsung dari dalam Museum Tsunami. Oleh karena itu, jangan kaget kalau Museum Tsunami Aceh jauh lebih ramai ketimbang Kerkhof yang begitu sepi dan sunyi dari pengunjung.

Museum Tsunami Aceh
Museum Tsunami Aceh

Saya berasumsi bahwa hal ini barangkali disebabkan karena memori kolektif masyarakat Aceh lebih dekat dengan peristiwa mega musibah Aceh bernama gempa dan tsunami, daripada memori tentang Pocut Meurah Pupok dan Kerkhof.

Inilah yang saya katakan tempo dulu, bahwa Pemerintah Aceh harus mampu mengubah image (wajah atau citra) Aceh baik dari dalam maupun luar Aceh, terutama kepada mereka yang bersemayam di Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Papua dan sebagainya.

Sebab selama ini mereka hanya mengenal Aceh lewat 4 hal; GAM, Syariat Islam, ganja, dan tsunami. Itulah citra dan image Aceh dimata masyarakat diluar sana, sekalipun hal ini dapat diperdebatkan kembali.

Lepas dari hal itu, tetapi saya setuju, bahwa tugas mengubah citra Aceh tentu tidak mutlak harus diemban oleh Pemerintah Aceh saja. Tetapi juga harus menjadi tugas bersama bagi seluruh rakyat Aceh, termasuk juga saya selaku mahasiswa Pendidikan Sejarah yang kelak akan memiliki tugas untuk membongkar dan menghadirkan memori-memori Aceh lainnya melalui kajian (riset) sejarah dan budaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun