Mohon tunggu...
Chaerol Riezal
Chaerol Riezal Mohon Tunggu... Sejarawan - Chaerol Riezal

Lulusan Program Studi Pendidikan Sejarah (S1) Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Program Studi Magister Pendidikan Sejarah (S2) Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan saat ini sedang menempuh Program Studi Doktor Pendidikan Sejarah (S3) Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang hobinya membaca, menulis, mempelajari berbagai sejarah, budaya, politik, sosial kemasyarakatan dan isu-isu terkini. Miliki blog pribadi; http://chaerolriezal.blogspot.co.id/. Bisa dihubungi lewat email: chaerolriezal@gmail.com atau sosial media.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Romantisme dan Koneksi Hebat Umar dan Dhien (Bagian ke 3- Selesai)

21 September 2017   19:19 Diperbarui: 21 September 2017   19:36 1075
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: indonesiakaya.com

**

Teuku Umar memang piawai dalam membangun opini publik, bahkan Belanda sendiri pun pernah tertipu dua kali oleh Umar. Tapi Umar bukan pemimpin pasukan kacangan yang bercuap-cuap hanya untuk mengaburkan kekurangan-kekurangan (logistik perang) yang dimiliki oleh pasukan Aceh. Lewat tangan Umar sendiri, tak terhitung berapa jumlah pasukan Belanda yang dikirimkan (dikembalikan) kepada Tuhan.

Ketika Umar memutuskan untuk menyeberang ke Belanda, nyaris sebagian pasukan Aceh dibawah pimpinannya mengaitkan hal itu sebagai bentuk pengkhiatan Umar. Tapi ternyata, Umar membuktikan kepada pasukan Aceh bahwa keputusannya bergabung dengan Belanda, adalah sebagai taktik manipulasi saja, agar ia bisa mengetahui kelemahan lawan dan merebut logistik perang (persenjataan) milik Belanda. Umar pun sukses membuat siasat perang dan memecah opini publik.

Dan keputusan Umar untuk menyeberang ke Belanda sebagai bentuk manupulasi ternyata benar. Pihak yang paling beruntung mendapatkan kembali Umar adalah pasukan Aceh. Setelah proses kembalinya Umar ke pangkuan pasukan Aceh yang dilakukan sendirinya, suami Cut Nyak Dhien itu hadir kembali untuk memimpin pasukan Aceh telah memperoleh sebagian logistik perang hasil rampasan Umar saat ia berpura-pura menjadi sekutu Belanda.

Seberapa besar imbas dan pengaruh kedatangan kembalinya Umar buat pasukan Aceh, tentu saja itu urusan pasukan Aceh dan Teuku Umar sendiri. Tapi yang juga menarik dari kedatangan Umar itu adalah efek negatif bagi pasukan Belanda, bahwa Belanda akan kembali berhadapan dengan pasukan Aceh dibawah komando Umar.

Oleh sebagian kalangan yang menganggap bahwa, ketika Umar memutuskan untuk berpihak kepada Belanda, itu jelas akan memberikan sebuah keuntungan besar bagi Belanda sendiri. Belanda menganggap hal itu akan mempermudah misi mereka dalam menundukkan Aceh demi segala kepentingannya. Ternyata dugaan Belanda salah. Umar memutuskan bahwa ia telah kembali ke pangkuan pasukan Aceh. Berita kembalinya Umar ke pasukan Aceh sangat menggemparkan pihak kolonial Belanda, bahkan gelar johan pahlawan yang sempat melekat pada diri Umar terpaksa dicopot oleh Belanda sendiri sebagai bentuk kekecewaanya atas pembelotan yang dilakukan oleh Umar.

Belanda tidak mengira bahwa Umar akan melakukan hal itu. Belanda juga tidak mengira bahwa Umar ternyata telah mengantongi taktik perang yang telah di desain oleh pasukan Belanda untuk menyerang pasukan Aceh. Bahkan pihak Belanda juga tidak mengira bahwa Umar akan merebut persenjataan milik Belanda, untuk kemudian diserahkan ke pasukan Aceh dan menghantam balik pasukan Belanda.

Belanda pun dibuat guncang oleh Umar, sehingga dengan segala kelicikannya menghalalkan segala cara untuk menangkap Umar secara hidup atau mati. Kebrutalan Belanda kepada Rakyat Aceh adalah sebagai bentuk kepanikan Belanda atas pembelotan yang dilakukan oleh Umar waktu itu. Bahkan secara terang-terangan Belanda ingin mengambil otak yang dimiliki Umar untuk melihat kejeniusannya. Tetapi, harus diakui bahwa Umar memang jenius dalam menghadapi Belanda. Akhirnya Umar menjadi buronan nomor wahid pasukan Belanda, dan Umar pun sukses menggerogoti tubuh pasukan Belanda.

***

Berkat perjuangan dari Theo van Gogh dan Johanna Bonger, maha karya lukisan-lukisan milik Vincent Willem van Gogh yang awalnya tidak laku dijual di pasaran perlahan mulai laku dan membuat nama Van Gogh, yang sudah meninggal dunia, menjadi dikenal oleh dunia bahkan dianggap pelukis yang melampaui zamannya.

Umar dan Dhien juga demikian. Berkat laporan-laporan yang dituliskan orang-orang yang pernah menyaksikan langsung dasyatnya perang Belanda di Aceh, nama Teuku Umar dan Cut Nyak Dhien menjadi dikenal dunia. Puncaknya adalah ketika para sejarawan melakukan kajian (penelitian) terhadap kedua sosok tersebut, yang melahirkan laporan penelitian dalam bentuk buku sejarah sehingga nama Umar dan Dhien pun ikut terkenal sedemikian luasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun