Mohon tunggu...
Chaerol Riezal
Chaerol Riezal Mohon Tunggu... Sejarawan - Chaerol Riezal

Lulusan Program Studi Pendidikan Sejarah (S1) Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Program Studi Magister Pendidikan Sejarah (S2) Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan saat ini sedang menempuh Program Studi Doktor Pendidikan Sejarah (S3) Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang hobinya membaca, menulis, mempelajari berbagai sejarah, budaya, politik, sosial kemasyarakatan dan isu-isu terkini. Miliki blog pribadi; http://chaerolriezal.blogspot.co.id/. Bisa dihubungi lewat email: chaerolriezal@gmail.com atau sosial media.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Romantisme dan Koneksi Hebat Umar dan Dhien (Bagian Ke- 1)

22 Agustus 2017   17:55 Diperbarui: 21 September 2017   19:22 2351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: indonesiakaya.com

Selain memberikan dukungan diatas, Theo van Gogh mencoba menjual lukisan sang kakak. Tapi langkahnya tersebut tidak membuahkan hasil. Meski gagal menjual lukisan, istri Theo van Gogh, Johanna Bonger, ternyata melanjutkan perjuangan suaminya untuk menjual lukisan-lukisan karya Van Gogh. Lewat usaha Johanna Bonger, lukisan Van Gogh satu per satu mulai terjual dan dikenal oleh dunia.

Van Gogh dinyatakan meninggal dunia pada 28 Juli 1890 di Auvers-sur-Oise, Perancis, dalam usia yang tergolong muda dan tidak terlalu tua, yaitu 37 tahun. Ternyata setelah Van Gogh meninggal dunia, sang adik Theo van Gogh jatuh sakit. Sakitnya sang adik di duga kuat karena merasa amat kehilangan atas meninggalnya sang kakak.

Enam bulan setelah Van Gogh meninggal,  pada tanggal 25 Januari 1891 Theo van Gogh menghembuskan nafsar terakhirnya di Utrecht, Belanda. Theo van Gogh akhirnya menyusul sang kakak yang sudah pergi duluan. Jasad Theo van Gogh kemudian dimakamkan yang bersebelahan dengan makam Van Gogh di Auvers-sur-Oise.

Sosok kakak dan beradik yang sangat dekat, saling menyayangi dan mendukung itu lantas diabadikan ke dalam dua patung sosok mereka yang dibangun di Zundert, tempat kelahiran mereka berdua.

Tak hanya itu saja, kisah hidup Van Gogh yang fenomenal juga diabadikan dalam novel biografi yang ditulis oleh Irving Stone. Stone menulis buku Lust for Life setelah melakukan riset serius dengan membaca surat-surat dan catatan harian yang pernah dibuat oleh Van Gogh, mewawancarai orang-orang yang mengenal Van Gogh, dan mendatangi lokasi-lokasi di Eropa yang pernah ditinggali oleh Van Gogh.

Buku yang terbit di tahun 1934 itu meledak dan tersebar di pasaran sehingga membuat nama Irving Stone menjadi dikenal sebagai salah satu penulis novel biografi terbaik di dunia. Cerita dalam buku itu kemudian diadopsi dalam film berjudul sama seperti judul buku, Lust for Life, oleh Vincente Minelli pada tahun 1956. Film yang dibintangi oleh Kirk Douglas itu sukses menyabet 1 piala Oscar dan meraih 3 nominasi piala Oscar lainnya.

Selain diabadikan dalam buku dan film, kisah hidup Vincent van Gogh juga diabadikan dalam lagu dan tak jarang pula dipentaskan dalam beberapa pertunjukan teater. Don McLean, musisi Amerika Serikat, misalnya, pernah menciptakan lagu berjudul Vincent (Starry Starry Night) yang ia persembahkan untuk mendiang dan mengenang sosok pelukis Vincent van Gogh.

Tak hanya musisi luar negeri, seniman-seniman di Indonesia pun pernah turut membuat karya persembahan untuk pelukis yang begitu terkenal justru setelah ia meninggal. Taufik Ismail, sastrawan Indonesia kelahiran Bukittinggi misalnya, pada tahun 1964 pernah menggubah puisi berjudul Oda Pada van Gogh. Puisi itu kemudian dimusikalisasi oleh Bimbo, sebuah grup musik Indonesia yang beranggotakan 3 musisi bersaudara, menjadi lagu berjudul sama.

Karya-karya Vincent van Gogh masih dikagumi dan dinikmati oleh para pecinta seni sampai sekarang. Di Amsterdam, Belanda, terdapat sebuah Van Gogh Museum yang dibangun untuk mengenang karya-karya dan peninggalan pelukis Van Gogh, sehingga hal itu menjadi sebuah kebanggaan bagi Belanda sendiri.

Hingga saat ini, kisah hidup Vincent van Gogh juga masih sering dibaca dan ditonton oleh kebanyakan orang. Kisah hidup Van Gogh bahkan turut menginspirasi orang-orang lain yang hidup setelah zamannya.

Maryam Mirzakhani, wanita asal Iran yang kini menjadi profesor di Universitas Stanford, Amerika Serikat, mengaku terinspirasi oleh buku Lust for Life. Wanita yang pada tahun 2014 lalu meraih Fields Medal --sebuah penghargaan internasional di bidang matematika empat tahunan itu--, mengaku sangat terkesan oleh novel biografi Van Gogh karena mengisahkan betapa bersemangat, total, dan detailnya sang maestro dalam berkarya (melukis).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun