Mohon tunggu...
Chaerol Riezal
Chaerol Riezal Mohon Tunggu... Sejarawan - Chaerol Riezal

Lulusan Program Studi Pendidikan Sejarah (S1) Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Program Studi Magister Pendidikan Sejarah (S2) Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan saat ini sedang menempuh Program Studi Doktor Pendidikan Sejarah (S3) Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang hobinya membaca, menulis, mempelajari berbagai sejarah, budaya, politik, sosial kemasyarakatan dan isu-isu terkini. Miliki blog pribadi; http://chaerolriezal.blogspot.co.id/. Bisa dihubungi lewat email: chaerolriezal@gmail.com atau sosial media.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menceritakan (Ulang) Sejarah Lewat Fotografi (Bagian 1 dari 2 Tulisan)

26 Januari 2017   18:38 Diperbarui: 26 Januari 2017   19:11 1265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image result for Chaerol Riezal

Image result for Chaerol Riezal
Image result for Chaerol Riezal
Image result for Chaerol Riezal
Image result for Chaerol Riezal
Image result for Chaerol Riezal
Image result for Chaerol Riezal
Kamu masih ingat foto ini?, tulis teman saya disalah satu isi caption yang dibubuhkan emoj senyum (:D). Tentu saja saya masih ingat foto itu, jawab saya secara singkat. Saya paham maksud dari caption dan emoj dalam foto yang dikirimkan olehnya. Ketika saya melihat foto sambil membaca caption yang ia tulisan itu, ingatan saya langsung tertuju pada hari-hari dimana saya dan dia harus mendorong sepeda motor yang kehabisan bensin saat kami sedang mencari informasi tentang Kerkhof.

Lewat foto jepretan teman saya itu, saya masih ingat momen-momem dimana saya sibuk mengumpulkan beberapa informasi terkait masalah yang sedang saya tulis waktu itu. Saya juga ingat tentang: jangankan untuk menemui orang-orang yang sering berbicara soal sejarah Aceh di koran terbitan Banda Aceh, untuk masuk ke Pendopo Gubernur Aceh saja sulitnya minta ampun. Padahal setahu saya, pendopo itu dulu adalah bekas wilayah istana Kerajaan Aceh Darussalam dan salah satu tempat dimana pasukan Aceh dan Belanda bertempur.

Tentang foto yang dikirimkan oleh teman itu, saya mengibaratkan seperti sebuah KTP (Kartu Tanda Penduduk). Bukankah kita bisa bercerita sesuai data yang tertera dalam KTP tersebut?. Mulai dari nama, tempat dan tanggal lahir, alamat lengkap, agama yang dianut, jenis kelamin, pekerjaan, sampai ke status perkawinannya. Tergantung bagaimana si penulis menceritakan dan memilih kata-kata yang sesuai, sehingga dari data yang terdapat dalam KTP tersebut bisa berubah menjadi sebuah kalimat atau alur cerita.

Foto juga demikian. Anda bisa menceritakan ulang sejarah lewat sebuah foto. Artinya, lewat sebuah foto yang ingin kita ceritakan ulang itu, ada proses dimana kita mencoba mengingat ingatan yang terlupakan oleh waktu. Dan tentu saja, ini bukanlah pekerjaan yang mudah, tetapi membuat kita menantang.

Sebagai teman yang sering berdebat tentang sejarah ketika kami ngopi di warkop langganan di Banda Aceh, dia adalah orang yang cocok untuk diajak bertukar pikiran tentang apa yang sedang kami bahas. Tepat ketika saya telah menerbitkan tulisan tentang Kerkhof tersebut, ia mengirimkan foto itu. Begitu manis caption yang ia tuliskan untuk saya, sampai-sampai ia menguak sebuah fakta tentang foto itu, bahwa saya (katanya) punya bakat luar biasa untuk menjadi seorang peneliti dan penulis di masa yang akan datang.

***

Minggu sore adalah waktu yang tepat untuk berleha-leha, apalagi sembari menenguk just kepala muda di sebuah bibir pantai dengan ombak yang tidak terlalu besar. Sayangnya, untuk saat ini mengingat saya tinggal diwilayah tengah, jarak itu terlalu jauh untuk bisa pergi ke pantai. Tetapi, saya tidak kehabisan akal dan berhenti sampai disitu. Masih ada berbagai cara (lainnya) yang tersedia agar bisa menikmati kelonggaran waktu.

Di temani dengan secangkir wedang ronde yang mangat, saya melepaskan kepenatan di sebuah tempat yang sedikit adem. Kebetulan saya pun perginya sendiri. Saya benar-benar menikmati suasana sore hari diwaktu itu. Tetapi pada saat bersamaan, ketika saya sedang menikmati wedang ronde seteguk demi seteguk, tiba-tiba saja ingatan saya melayang ke sebuah; “foto sejarah di museum, keluarga itu, sepasang pria dan wanita yang tidak saling kenal, dan teman seperjuangan saya dipenghujung bulan Oktober dan pertengahan November tahun 2016.”

Anda tahu, tulisan ini sebenarnya terinspirasi oleh beberapa hal yang saya sebutkan di atas tadi. Benar bahwa saya sama sekali tidak tahu siapa dan berasal dari mana keluarga itu, yang terdiri dari seorang papa, mama dan dua buah hati (putri) kesayangan mereka. Saya juga tidak mengenal sepasang pria dan wanita yang kebetulan juga tidak saling kenal, tetapi terlihat sangat akrab. Kecuali teman seperjuangan saya, hanya mereka yang saya kenal. Sekali lagi, saya tidak mengenal mereka. Tetapi, mereka itulah yang telah menginspirasikan saya, untuk kemudian saya putuskan menulis tentang tulisan yang sedang anda baca ini. Kalaulah boleh saya kemukakan, kira-kira begini:

Di penghujung bulan Oktober 2016, saya berkesempatan untuk hadir dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak Balai Konservasi Borobudur Kemendikbud. Kesempatan ini pun saya peroleh setelah dinyatakan sebagai salah satu peserta Borobudur Youth Forum (BYF) tahun 2016. Kegiatan ini dilaksanakan pada tangal 27 sampai 31 Oktober 2016 di Magelang.

Setelah melaksanakan berbagai rangkaian kegiatan, mulai dari pembukaan acara, seminar, diskusi, sharing komunitas, sampai deklarasi (kampanye) pemuda pelestarian cagar budaya di Candi Borobudur, akhirnya ekskursi ke bebarapa candi dan museum pun dilaksanakan. Kegiatan field trip (karya wisata) pertama berkunjung ke Candi Sewu, kemudian dilanjutkan ke Candi Ijo, lalu ke situs sejarah Ratu Boko, dan berakhir di Museum Benteng Vredeburg. Di Museum Benteng Vredeburg inilah saya terinspirasi oleh sesuatu yang bisa dianggap biasa-biasa saja. Namun, sebenarnya apa yang saya alami itu sudah pernah saya rasakan sebelumnya, hanya saja imajinasi saya belum sadar akan hal itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun