Mohon tunggu...
Chaerol Riezal
Chaerol Riezal Mohon Tunggu... Sejarawan - Chaerol Riezal

Lulusan Program Studi Pendidikan Sejarah (S1) Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Program Studi Magister Pendidikan Sejarah (S2) Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan saat ini sedang menempuh Program Studi Doktor Pendidikan Sejarah (S3) Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang hobinya membaca, menulis, mempelajari berbagai sejarah, budaya, politik, sosial kemasyarakatan dan isu-isu terkini. Miliki blog pribadi; http://chaerolriezal.blogspot.co.id/. Bisa dihubungi lewat email: chaerolriezal@gmail.com atau sosial media.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hari Penulisan Sejarah Indonesia Baru (Bagian Ketiga-- Selesai)

20 Desember 2016   10:41 Diperbarui: 20 Desember 2016   10:54 818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tetapi, dengan adanya Seminar Sejarah Nasional yang diselenggarakan oleh sejarawan Indonesia pada tempo dulu, historiografi Indonesia tidak hanya lagi sekadar menukar peran dan kedudukan antara tokoh Indonesia dan Belanda. Sebab, setelah diselenggarakanya kongres atau seminar sejarah nasional tersebut, historiografi Indonesia mengalami pembaruan dalam mengungkap peristiwa masa lalu. Pembaruan tersebut mengalir deras di kalangan sejarawan Indonesia yang menggunakan dan memperbaharui metodologi sejarah, teori sosial, pendekatan sejarah kritis, menggunakan berbagai disiplin ilmu, dan sebagainya. Hal tersebut merupakan sesuatu yang belum terbayangkan oleh sejarawan Indonesia sebelumnya.

Lantas, muncullah pertanyaan; apakah dengan cara seperti itu, memberikan gelar pahlawan nasional dan mengubah kedudukan pribumi dalam sejarah bangsa Indonesia, histoiografi Indonesia-sentris adalah sesuatu yang menggembirakan?

***

Perubahan pandangan penulisan sejarah yang semula dari Belanda-sentris menjadi Indonesia-sentris, tentu saja berpengaruh besar dalam perkembangan historiografi Indonesia pada tahap selanjutnya. Perubahan ini dapat dilihat dengan terbitnya buku sejarah dari yang semula berjudul pemberontakan menjadi perlawanan atau perjuangan rakyat Indonesia. Oleh karena itu, penulisan sejarah Indonesia harus dipandang dan ditulis oleh orang Indonesia sendiri dan dari kacamata Indonesia itu sendiri. Alasannya pun cukup jelas; bahwa pandangan penulisan sejarah Indonesia-sentris memungkinkan bangsa Indonesia tidak lagi dipandang sebelah mata dan dianggap sebagai bangsa rendahan, terutama oleh kolonial Belanda.

Semenjak diadakan Seminar Sejarah Nasional dan Lokal oleh sejarawan Indonesia, muncul beberapa permasalahan yang cukup dirasakan. Sejarawan Indonesia ternyata masih mengekor pada tradisi historiografi kolonial. Artinya Belanda masih sangat dominan dalam penulisan sejarah di Indonesia, sekalipun dalam bentuk negatif (penjahat atau penjajah).

Selain itu, penulisan sejarah Indonesia juga masih di dominasi oleh tokoh-tokoh besar bangsa Indonesia itu sendiri. Hal ini bukan berarti untuk menjelekkan atau meniadakan perjuangan dan dedikasi mereka terhadap bangsa Indonesia. Akan tetapi, jika tokoh-tokoh besar bangsa Indonesia terus di dengungkan dalam penulisan sejarah bangsa ini, sehingga kehadiran masyarakat bawah di dalam sejarah menjadi terabaikan. Bukankah masyarakat Indonesia di pedalaman juga memiliki peranan dalam sejarah bangsa ini? Bukan para santri yang mondok di dalam pesantren di desa-desa pedalaman merupakan tembok terakhir dalam perjuangan merebut kemerdekaan Indonesia? Begitu juga dengan para petani, buruh, dan masyakat Indonesia lainnya yang belu terjamah dalam penulisan sejarah bangsa ini.

Akan tetapi, sejarawan Indonesia ternyata sudah sadar akan hal tersebut. Sehingga dalam penulisan sejarah Indonesia modern, muncul peranan rakyat kecil atau wong cilik sebagai pelaku sejarah. Di berbagai universitas yang memiliki jurusan pendidikan sejarah, ilmu sejarah atau sejenisnya pun telah banyak mengunggkapkan hal itu dalam berbagai skripsi, tesis dan disertasi. Semenjak saat itulah, khasanah historiografi Indonesia modern mengalami perkembangan yang signifikan dan bertambah luas, termasuk alat (metodologi sejarah) yang mengungkapkan peristiwa masa lalu dengan berbagai pendekatan disiplin ilmu.

Akhirnya, dalam kesempatan ini untuk menutup tulisan akhir (ketiga) dari dua tulisan yang sudah diterbitkan, meskipun tanggal 14 Desember 2016 telah berlalu namun saya telah menerbitkan tulisan tepat di hari itu, izinkan saya mengucapkan: Selamat Hari Penulisan Sejarah Indonesia (14 Desember 1957 – 14 Desember 2016). Semoga Historiografi Indonesia terus berkembang dengan membawa kabar yang menggiurkan, sehingga kita bisa memetik pelajaran dari berbagai peristiwa di masa lalu yang sudah terjadi. Semoga juga mahasiswa sejarah Indonesia tidak hanya menulis skripsi atau tesis saja, tetapi juga semakin banyak yang menulis sejarah bangsa Indonesia dalam berbagai perspektif. Insyallah.

(Selesai).

*Chaerol Riezal

= = =

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun