Mohon tunggu...
Christian Evan Chandra
Christian Evan Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Analis aktuaria - narablog

Memiliki kegemaran seputar dunia kuliner, pariwisata, teknologi, motorsport, dan kepenulisan. Saat ini menulis di Kompasiana, Mojok, dan officialcevanideas.wordpress.com. IG: @cevan_321 / Twitter: @official_cevan / Email: cevan7005@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Money

Menarik Minat Anak Bangsa Menabung Saham di Era Mata Uang Kripto

3 Juni 2021   14:59 Diperbarui: 3 Juni 2021   15:07 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menabung saham secara rutin demi hidupnya permodalan korporasi di Indonesia dan investasi masa depan. Infografis: yuknabungsaham.idx.co.id.

Tanggal 3 Juni tahun ini, kita lagi-lagi merayakan Hari Pasar Modal Nasional dan tanpa terasa sudah 69 tahun kita memiliki bursa efek di Indonesia. Seiring waktu berjalan, instrumen investasi yang tersedia bagi warga Tanah Air juga terus bertambah. Dua instrumen teranyar yang memperebutkan dana investor adalah mata uang kripto dan equity crowdfunding.

Kehadiran Bursa Efek Indonesia (BEI) telah membantu lebih dari 800 emiten untuk memperoleh penanaman dan/atau pinjaman modal. Khusus untuk bursa saham, kapitalisasi pasar pada akhir Mei 2021 hampir mendekati Rp7.000 triliun alias sudah menembus 40% dari PDB negeri ini. Meskipun demikian, porsi kepemilikan asing atas saham tersebut masih signifikan, yaitu 41,40 persen per akhir Maret 2021.

Meskipun pandemi COVID-19 melanda, BEI bisa terus menambah jumlah investornya, termasuk dari kalangan anak muda berusia delapan belas hingga tiga puluh tahun. Akan tetapi, jika disimak dengan seksama, sampai akhir Maret 2021 kita baru memiliki 2,19 juta investor saham menurut C-BEST. Angka ini tergolong rendah dibandingkan terhadap jumlah penduduk Indonesia berpenghasilan di atas Rp20 juta per bulan pada tahun 2013 yang mencapai lima puluh juta orang dan idealnya sudah bertambah di 2021 ini.

Fakta lain yang tidak kalah mencengangkan adalah jumlah investor di salah satu bursa mata uang kripto, Indodax, telah menembus tiga juta orang dengan rata-rata transaksi harian di tahun lalu berada di level Rp300 miliar. Jika ditambahkan dengan bursa lain di dalam dan luar negeri, nilai transaksi Bitcoin dan teman-temannya diestimasi sudah mencapai Rp1,7 trilyun per hari yang sama sekali tidak kecil. Mengapa pamor investasi mata uang kripto bisa bersaing dengan saham?

Saya mencoba bertanya kepada mereka yang berinvestasi saham dan mata uang kripto secara sekaligus. Bagi mereka, potensi keuntungan mata uang kripto lebih menarik, kecuali ketika harganya sedang melemah barulah melirik bursa saham. Risiko berinvestasi mata uang kripto memang besar, tetapi bukan berarti risiko berinvestasi saham itu kecil.

Pertama, perdagangan mata uang kripto tetap berlangsung di luar jam kerja dan hari libur, sehingga ini menjadi peluang mendulang laba bagi mereka yang bekerja dan juga pelajar serta mahasiswa. Kerugian besar memang bisa terjadi dalam waktu singkat, tetapi keuntungan yang lebih besar juga bisa terjadi.

Kedua, batas auto rejection. Khususnya sejak pandemi COVID-19 datang, BEI telah menerapkan batas asimetris di papan utama dan pengembangan dengan besar penurunan maksimal harian lebih rendah dibandingkan terhadap besar kenaikan maksimal. Usaha untuk mencegah situasi panic selling yang terlalu masif patut diapresiasi, tetapi harga saham jadi lebih lambat menyesuaikan diri menuju harga wajarnya jika memang penurunan tersebut wajar dan berpotensi menimbulkan kerugian bagi investor lainnya. Batas kenaikan harian atas juga baik untuk mengurangi risiko investor mengalami kerugian akibat harga saham digoreng dan naik signifikan sebelum akhirnya amblas, tetapi kurang pas jika emiten memang membukukan performa yang jauh melebihi ekspektasi.

Ketiga, fasilitas margin trading. Tidak semua sekuritas memperbolehkannya dan beberapa di antara mereka yang memperbolehkan pembelian saham memasang batas dalam kisaran 150%-500% dari uang tunai yang dimiliki oleh nasabah. Suku bunga fasilitas ini "hanya" sekitar belasan persen pertahun, tetapi tetap kalah menarik dengan margin trading mata uang kripto di salah satu bursa luar negeri yang bunganya melebihi seratus persen per tahun karena pembelian aset dapat mencapai puluhan bahkan ratusan kali dari uang yang dimiliki untuk kontrak tertentu.

Keempat, harga saham dan modal pembelian. Meskipun papan akselerasi menetapkan harga minimum yang lebih rendah per lembar saham di Rp1 dibandingkan terhadap papan utama dan pengembangan di Rp50, pembelian dilakukan dalam satuan lot (seratus lembar). Jika investor hendak membeli saham yang harga nominalnya cukup mahal, misalnya saham bank-bank utama, uang sepuluh ribu tidak cukup dan berbeda dengan mata uang kripto yang bahkan bisa membeli dalam pecahan kurang dari satu koin.

Kelima, transparansi informasi. Sistem informasi mata uang kripto secara rinci mencatat besar kapitalisasi pasar setiap koin secara realtime dan investor dapat melihat sebaran kepemilikan secara rinci dengan nama pemilik yang tetap dianonimkan. Di BEI, semua investor dengan kepemilikan di bawah lima persen akan digabungkan sebagai kategori "publik" sehingga sulit dideteksi apakah ada bandar bercokol di suatu saham atau didominasi oleh investor ritel.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun